CERITA ANAK: POHON TANJUNG DAN RUMPUT LIAR
Nama : Desi Setio Rini
Prodi : PGSD
Universitas : Universitas Palangkaraya
POHON
TANJUNG DAN RUMPUT LIAR
Di sebuah lembah yang sangat luas,
tumbuh Pohon Tanjung yang sangat besar. Ia sangatlah tinggi, daun yang sangat
lebat dan buah-buahan yang sangat banyak. Ia banyak disukai oleh para pengunjung
dan kupu-kupu. Akan tetapi, Pohon Tanjung dikelilingi oleh Rumput Liar yang
sangat kurus. Rumput Liar ini tidak memilih tempat dimana ia tumbuh.
Suatu hari, ketika langit mulai gelap.
Angin pun bertiup sangat kencang. Pohon Tanjung yang berdiri dengan gagah
menantang angin dengan menggunakan dahan-dahannya. Tetapi saat itu, Rumput Liar
membungkuk dan menunduk dengan rendah saat tertiup angin. Ia terus bertahan dan
mengeluh.
“Aauu..auuu.. ,” Rumput Liar dengan mengeluh.
“Kamu
pantas mengeluh,” Pohon Tanjung dengan angkuh. “Kamu dengan tiupan angin yang
sedikit saja sudah membungkuk dan menunduk dengan rendah. Lihat aku…, aku berdiri dengan gagah dan kokoh.”
“Jangan
khawatirkan kami Pohon Tanjung,” Rumput Liar dengan sabar. “Kami menunduk dan
membungkuk dengan rendah agar kami tidak patah dan terus bertahan hidup. Suatu
saat kamu pasti akan merasakan seperti ini.”
Keesokkan harinya, banyak para pengunjung
yang mendatangi lembah. Lembah pun semakin ramai. Matahari kini semakin tinggi
dan bersinar terik sehingga banyak para pengunjung yang berteduh di bawah Pohon
Tanjung. Pohon Tanjung merasa bangga dengan dahan yang banyak dan daunnya yang lebat.
Sedangkan Rumput Liar, ia diinjak-injak oleh pengunjung.
“Kasihan sekali kamu Rumput Liar,” Pohon
Tanjung dengan sinis.
“Tidak apa-apa,” Rumput Liar dengan
tenang.
“Seharusnya
kamu melawan Rumput Liar, jika tidak tumbuhlah kamu menjadi besar sepertiku,” Pohon
Tanjung dengan sombong.
“Aku tidak akan
pernah mati, aku akan terus hidup, dan aku akan bertahan,” Rumput Liar dengan yakin.
Tidak lama kemudian,
langit semakin gelap, air hujan yang menetes perlahan-lahan pun menjadi semakin
lebat. Angin badai pun datang. Pohon Tanjung dengan gagah melawan badai dengan
dahan-dahannya. Sedangkan Rumput liar menunduk dan membungkuk dengan rendah
saat angin angin badai bertiup kencang. Rumput Liar pun sedikit demi sedikit
mulai tenggelam karena genangan air hujan, tetapi Pohon Tanjung tetap dengan
bangga menantang badai yang bertiup kencang.
“Menyerahlah kamu Rumput liar,” Pohon Tanjung dengan angkuh.
“Tidak aku terus bertahan,” Rumput
Liar tanpa menyerah.
“Kamu akan disakiti oleh angin badai
ini,” Pohon Tanjung dengan kesal.
“Tidak Pohon Tanjung,
angin badai ini tidak akan menyakitiku. Karena aku mengikuti arah angin ini
bertiup,” Rumput Liar dengan sabar
menjawab Pohon Tanjung.
Namun tiba-tiba… Krekk.
Dahan Pohon Tanjung patah, ia pun merasa kesakitan. Pohon Tanjung kalah melawan
angin badai sangat kencang. Setelah angin badai reda, keadaan lembah pun kacau.
Rumput Liar berhasil bertahan hidup akan tetapi tidak dengan Pohon Tanjung.
Sehingga, Pohon Tanjung pun merenungkan diri. Ia menyadari bahwa dirinya sangat
angkuh. Ia sangat menyesali dengan apa yang dia lakukan. Kini, ia tidak indah lagi
seperti sebelumnya. Rumput Liar pun tidak tinggal diam, ia menghibur Pohon Tanjung.
Beberapa
tahun kemudian, Pohon Tanjung dan Rumput Liar menjadi sahabat. Mereka sekarang saling
menghargai. Pohon Tanjung tidak lagi angkuh. Pohon Tanjung dan Rumput Liar
semakin memperindah pemandangan lembah dengan hijaunya daun mereka. Kini para pengunjung
tetap berteduh di bawah Pohon Tanjung dan Rumput Liar menjadi tempat bermain
dan makan bagi belalang.
TAMAT
Komentar
Posting Komentar