MAKALAH MANAJEMEN KELAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang menjadi perhatian utama bagi calon guru dan guru yang telah berpengalaman sekalipun. Calon guru dan guru yang berpengalaman sekalipun menginginkan peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan peserta didik dapat menerimanya dengan baik.
Salah satu ciri guru yang profesional adalah guru mampu mengelola kelas dengan baik. Dengan menciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan baik.
Dalam kegiatan di kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan segala kemampuannya, murid dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas.
Manajemen kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang manajemen kelas secara mendalam.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa pengertian manajemen kelas?
1.2.2        Apa saja tujuan manajemen kelas?
1.2.3        Apa saja penyebab terjadinya masalah manajemen kelas?
1.2.4        Bagaiamana ruang lingkup manajemen kelas?
1.2.5        Bagaimana implementasi manajemen kelas di SD?

1.3  Tujuan
1.3.1        Mengetahui pengertian manajemen kelas
1.3.2        Mengetahui tujuan manajemen kelas
1.3.3        Mengetahui penyebab terjadinya masalah manajemen kelas
1.3.4        Mengetahui ruang lingkup manajemen kelas
1.3.5        Mengetahui implementasi manajemen kelas di SD

1.4  Manfaat
1.4.1        Menambah pengetahuan tentang pengertian manajemen kelas
1.4.2        Menambah pengetahuan tentang tujuan manajemen kelas
1.4.3        Menambah pengetahuan tentang penyebab terjadinya masalah manajemen kelas
1.4.4        Menambah wawasan tentang ruang lingkup manajemen kelas
1.4.5        Menambah wawasan tentang implementasi manajemen kelas di SD




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Kelas
2.1.1 Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata manus yang berarti tangan dan agree berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2004).
Sebagaimana yang diuraikan oleh Usman, bahwa manajemen menurut Mary Parker, adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari Mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri. Itulah manajemen,
Sejathi menguraikan bahwa, “arti dari manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan/ sasaran yang diinginkan”. Dengan begitu, pengelolaan/ manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Sementara itu, pengertian manajemen menurut  Terry adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen. 
Lain halnya menurut Stoner & Freeman,  manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, manajemen adalah  manajemen adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara bekerja secara bersama sama dengan orang - orang dan sumber daya yang dimiliki organisasi."
2.1.2 Pengertian Kelas
Pengertian  umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Sementara, kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi siswa.  Nawawi  memandang kelas dari dua sudut,  (a) Kelas dalam arti sempit yaitu, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. (b) Kelas dalam arti luas yaitu suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Sementara iru, menurut Hamalik ”kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” . Sedangkan  menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar”. Sulaeman (2009) mengartikan bahwa kelas dalam arti umum menunjukkan kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. Kelas dalam arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian adalah suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.
Menurut Hamiseno (2009) kelas adalah ruangan yang digunakan untuk proses belajar mengajar yang efektif dan menguntungkan serta dapat memotivasi  siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi  intelektual dan emosional. Mengingat kelas hendaknya dimanajemen sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syarat-syarat kelas yang baik (a) rapi,bersih,sehat, tidak lembab, (b) cukup cahaya yang meneranginya, (c) sirkulasi udara cukup, (d) perabot dalam keadaan baik,cukup jumlah dan ditata dengan  rapi, dan (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.
2.1.3 Pengertian Konsepsi Lama dan Modern
Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tetap terhadap masalah dan situasi manajemen kelas (Lois V. Jhonson dan Mary Bany, 1970)
2.1.4 Pengertian Manajemen Kelas Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber 1986 )
2.1.4.1  Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter).
2.1.4.2  Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (Pendekatan Intimidasi).
2.1.4.3  Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan Permisif).
2.1.4.4  Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan (Pendekatan Masak).
2.1.4.5  Seperangkat kegiataan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (Pendekatan Instruksional).
2.1.4.6  Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku).
2.1.4.7  Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersional yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim Sosioemosional).
2.1.4.8  Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Pendekatan Sistem Sosial)
2.1.5 Pengertian Manajemen Kelas Menurut Beberapa Ahli:
2.1.5.1 Menurut Barbara L. Wilt dalam Alben Ambarita (2006: 35)
Manajemen kelas sebagai penggunaan tata cara, untuk memastikan sebuah lingkungan mendukung terlaksananya pembelajaran dengan sukses. Pengelolaan kelas tidak sekedar bagaimana mengatur ruang kelas dengan segala sarana prasarananya, tetapi juga menyangkut interaksi dari pribadi-pribadi yang ada di dalamnya.
2.1.5.2 Menurut Novan Ardy Wiyani (2013: 59)
Manajemen kelas adalah keterampilan guru sebagai seorang leader sekaligus manajer dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk meraih keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
2.1.5.3 Menurut Emmer dan Thomas
Manajemen kelas sebagai seperangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk menarik perilaku peserta didik yang wajar, pantas, dan layak serta usaha meminimalkan gangguan
2.1.5.4 Menurut Maman Rachman (1997: 5)
Manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efisien, atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
2.1.5.5 Menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen
Manajemen kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan  proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000: 10-11).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas adalah serangkaian kegiatan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

2.2 Tujuan Manajemen Kelas
2.2.1        Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.2.2        Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
2.2.3        Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional  dan intelek siswa dalam belajar.
2.2.4        Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya. Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, (1996).
Tujuan manajemen kelas adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan tenang, memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk prilaku berbudaya dan berakhlak mulia.

2.3 Penyebab Terjadinya Masalah Manajemen Kelas
Penyebab timbulnya masalah dalam manajemen kelas dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
2.3.1 Faktor Siswa
Kekurang sadaran siswa dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota kelas merupakan faktor utama penyebab masalah manajemen kelas. Dalam manajemen kelas terdapat dua masalah yang berasal dari siswa yang dapat ditemui di dalam kelas yaitu yang bersifat individual dan yang bersifat kelompok.
2.3.1.1 Masalah yang bersifat individual
Masalah individual adalah masalah yang ditimbulkan oleh perorangan siswa. Penggolongan masalah ini berdasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Apabila seseorang individual gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga, maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Jika diklasifikasikan masalah individual ini dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
2.3.1.1.1 Attention getting behaviours (pola perilaku mencari perhatian)
Masalah ini biasanya timbul berupa perilaku mengalihkan perhatian guru atau siswa lainnya dari pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini disebabkan, karena siswa tersebut gagal menempatkan dirinya secara wajar dalam hubungan sosial yang saling menerima (biasanya secara aktif maupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku yang menganggu ketenangan dengan mencari perhatian secara aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya (tukang rewel). Sedangkan tingkah laku yang menggangu ketenangan dengan mencari perhatian secara pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
2.3.1.1.2 Power seeking behaviours (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Masalah ini biasanya timbul berupa perilaku yang berusaha mengendalikan guru dan siswa lainnya dengan memperlihatkan kekuatannya. Tingkah laku yang mencari kekuasaan sama dengan pola perilaku mencari perhatian, tetapi pola perilaku mencari kekuasaan ini lebih mendalam. Pola perilaku pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain, dan meanunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Sedangkan, pola perilaku pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang menonjolkan kemalasanya sehingga tidak melakukan apapun. Anak-anak ini sangat pelupa, keras kepala, dan secara pasif tidak memperlihatka ketidakpatuhan.

2.3.1.1.3 Revenge seeking behaviours (pola perilaku menunjukkan balas dendam)
Masalah ini biasanya timbul karena siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang sangat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau guru, ataupun binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak ini akan merasa sakit jika dikalahkan, dan mereka bukan pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang bersifat aktif dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedangkan anak-anak yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka menentang).
2.3.1.1.4 Helplessness (peragaan ketidakmampuan)
Masalah seperti ini biasanya timbul berupa perilaku yang enggan dan malas melakukan tugas yang diperintah guru serta selalu mengandalkan bantuan guru dan siswa lainnya. Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa sangat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang diinginkannya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya, bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong ini biasannya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri, sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu bersifat pasif.
2.3.1.2 Masalah bersifat kelompok
Masalah kelompok adalah masalah yang ditimbulkan oleh kelompok siswa tertentu. Jika diklasifikasikan adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya
dengan manajemen kelas, yaitu:
2.3.1.2.1     Kurangnya kekompakan : Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara para anggota kelompok.Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.
2.3.1.2.2 Kesulitan mengikuti peraturan kelompok : Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria dan lain-lain.
2.3.1.2.3 Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok : Reaksi negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
2.3.1.2.4 Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang : Penerimaan kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah perbuatan memperolok-olokan, misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.
2.3.1.2.5 Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja. Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
2.3.1.2.6 Kurangnya semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes. Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja. Pada umumnya protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.
2.3.1.2.7 Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering terjadi ialah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
Peserta didik harus sadar bahwa jika menganggu temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota masyarakat dalam kelas dan tidak menghormati hak peserta didik lain untuk mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan belajar mengajar. Pembiasaan yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan peserta didik (dengan penuh kesadaran) akan membawa peserta didik kearah yang baik.
2.3.1.3 Upaya pemecahan masalah dari faktor siswa
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru, tidak lain adalah untuk meningkatkan semangat siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179). Dalam menghadapi masalah-masalah manajemen kelas guru dapat menerapkan berbagai pendekatan, yaitu:
2.3.5.1  Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
2.3.5.2  Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.


2.3.5.3  Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
2.3.5.4  Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
2.3.5.5  Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
2.3.5.6  Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
2.3.5.7  Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
2.3.5.8  Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
2.3.5.9  Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.

2.3.2 Faktor Guru
 Beberapa faktor penyebab timbulnya masalah dalam manajemen kelas yang berasal dari guru diantaranya:
2.3.2.1    Tipe kepemimpinan guru yang otoriter
Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap agresif atau pasif dari murid-murid. Kedua sikap murid ini merupakan sumber masalah manajemen kelas. Sehingga guru harus memiliki tipe kepemimpinan yang demokratis dan juga otoritatif, karena dengan kepemimpinan guru yang demoratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan murid dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sedangkan kepemimpinan guru yang otoritatif dalam hal memerintah atau memberi anjuran lebih efekif, karena guru yang otoritatif lebih disegani oleh para siswa dan dipandang sebagai pemegang otoritas ilmu pengetahuam vaknya.
2.3.2.2    Format belajar mengajar yang monoton
Format belajar mengajar yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi siswa. Format belajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan para siswa bosan, kecewa, frustasi/kecewa dan hal ini merupakan pelanggaran disiplin. Oleh karena itu, guru harus mampu menguasai berbagai jenis variasi dalam mengajar seperti penggunaan strategi pembelajaran maupun metode pembelajaran pada setiap mata pelajaranyang berbeda-beda.
2.3.2.3    Kepribadian guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersikap adil, hangat, objektif dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Sikap yang bertentangan dengan kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah manajemen bagi siswa.
2.3.2.4    Pemahaman guru tentang peserta didik
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku siswa dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya. Mungkin karena tidak tahu caranya ataupun karena beban mengajar guru yang banyak dengan mengajar di berbagai sekolah sehingga guru datang ke sekolah semata-mata untuk mengajar. Oleh karena itu, untuk meminimalis penyebab masalah manajemen kelas guru harus dapat mencari informasi dan memahami tingkah laku (karakter) siswa serta mengetahui latar belakang siswa tersebut baik dari ekonominya, sosialnya dan budayanya. Dan jika guru tersebut memiliki beban mengajar yang banyak, guru tersebut harus mampu memanajemen waktunya dengan baik sesuai dengan keputusanya yang mengambil atau sesuai dengan kemampuanya memiliki beban mengajar yang banyak di berbagai sekolah.
2.3.2.5    Pengetahuan guru
Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah manajemen dan pendekatan manajemen baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis. Mendiskusikan, masalah ini dengan teman sejawat akan membantu dalam meningkatkan keterampilan memanajemen kelas dalam proses belajar mengajar.
2.3.3  Faktor keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan cermin keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah peserta didk yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik penggangu dan pembuat ribut. Mereka biasanya berasal dari keluarga yang tidak utuh atau kacau.
Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga, seperti tidak disiplin, tidak tertib, kebebasan yang berlebihan ataupun dikekang berlebihan latar belakang yang  menyebabkan siswa melanggar disiplin di kelas. Jelaslah sudah bahwa bila tuntutan di kelas atau sekolah berbeda jauh dengan kondisi kehidupan keluarga yang merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta didik untuk menyesuaikan diri. Salah satu penyesuaian peserta didik terhadap situsai kelas merupakan masalah manajemen. Di sini pula letak pentingnya kerja sama yang seimbang antara sekolah dan rumah (orang tua) agar terdapat kesesuaian antara situasi dan tuntutan kelas. Kerja sama antara sekolah dan orang tua dapat dilakukan dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh komite sekolah.
2.3.4  Faktor fasilitas
Faktor fasilitas merupakan masalah yang menghambat dalam manajemen kelas. Faktor tersebut meliputi:
2.3.4.1 Kelas yang jumlah peserta didiknya banyak sulit dikelola. Misalnya, jumlah peserta didik dalam satu kelas di SD yang melebihi 40 orang peserta didik merupakan masalah tersendiri dalam pengelolaan. Solusi dalam masalah ini yaitu guru harus menerapkan berbagai pendekatan dalam memanajemen kelas serta dalam kegiatan belajar mengajar dapat menggunakan microphone atau pun dengan suara yang lebih nyaring agar semua siswa dapat mendapatkan materi dengan baik.
2.3.4.2  Kecilnya ruangan kelas dibandingkan dengan jumlah peserta didik dan kebutuhan peserta didik untuk bergerak dalam kelas merupakan hambatan lain bagi pengelolaan. Demikian pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang dibandingkan dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuhkan seperti laboratorium, auditorium, ruang kesenian, ruang gambar, ruang oleahraga, dan sebagainya memerlukan penanganan sendiri. Solusinya yaitu dengan menggunakan ruangan tersebut seoptimal mungkin.
2.3.4.3  Ketersediaan alat, jumlah buku yang kurang atau alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkan akan menimbulkan masalah pengelolaan dalam kelas. Solusinya adalah dengan menggunakan alat tersebut seoptimal dapat dengan cara 1 alat digunakan 2-3 orang.
2.3.4.4  Kelas yang kotor dapat menganggu proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dibuat piket kelas agar kelas menjadi bersih dan siswa dapat belajar di kelas dengan tenang dan baik.
2.3.4.5 Kemajuan teknologi yang sangat pesat membuat semua orang dapat mengoperasikannya. Begitu pula pada anak-anak, hal ini dapat menjadi masalah jika siswa membawa HP dalam kelas dan memainkannya selama proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru dapat membuat peraturan jika dilarang menggunakan HP selama pembelajaran atau dengan kerja sama antar sekolah dan orang tua bahwa dilarang membawa HP ke sekolah.

2.4 Ruang Lingkup Manajemen Kelas
2.4.1        Manajemen kurikulum
Kurikulum adalah suatu cakupan kerja yang digunakan oleh seorang guru sebagai pedoman yang akan dicapai didalam proses belajar mengajar. Jadi manajemen kurikulum adalah sebuah perencanaan  atau pengarahan untuk menyelesaikan kurukulum tersebut.
2.4.2        Manajemen peserta didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia baik dari jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jadi, manajemen peserta didik adalah suatu proses kegiatan yang rencanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti PBM dengan efektif dan efesien , UUSPN (2003 )
2.4.3        Kegiatan akademik
Kegiatan akademik dikategorikan sebagai kegiatan PBM (teaching), diantaranya membuat persiapan sebelum mengajar, melaksanakan pengajaran yang telah dipersiapkan, dan menilai sejauh mana pelajaran yang sudah disajikan itu berhasil dan dikuasai peserta didik.
2.4.4        Kegiatan administratif
Kegiatan administratif dikategorikan  sebagai kegiatan "non teaching" sebagai kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan guru bagi kelancaran mengajarnya seperti kegiatan-kegiatan prosedural, dan kegiatan organisasional.
Manajemen kelas memiliki ruang lingkup yang dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
2.4.5        Fisik, pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik mencakup pengaturan siswa dalam belajar, ruang belajar, dan perabot kelas.
2.4.6        Non fisik pengelolaan kelas yang memfokuskan pada aspek interaksi siswa dengan siswa lainnya, siswa dengan guru dan lingkungan kelas atau sekolahnya sebelum, selama, dan setelah pembelajaran. Atas dasar ini aspek psikologis, sosial, dan hubungan interpersonal perlu diperhatikanImam gunawan (2009).

2.5         Implementasi Manajemen Kelas di SD
Dalam memanajemen kelas yang efektif dalam meningkatkan pembelajaran di kelas. Guru harus memiliki perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Dalam menerapkan manajemen kelas di SD pada kelas V, guru harus mengetahui karakteristik dari siswa SD terlebih dahulu. Pada umumnya usia anak-anak SD yaitu 6-12 tahun, usia ini anak memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa bergerak atau berpindah, belajar dan bekerja dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Suryosubroto (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 124-125) menganggap bahwa usia sekolah sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Pada SD kelas V termasuk dalam kelas tinggi. Menurutnya karakteristik dari kelas tinggi yaitu:
2.5.1        Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
2.5.2        Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.
2.5.3        Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
2.5.4        Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.
2.5.5        Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada peraturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Oleh karena itu, guru harus melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam kelas agar mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran biasanya terdapat pada silabus pada bagian indikator pencapaian kompetensi. Perencanaan dalam proses pembelajaran terdapat pada RPP yang dibuat dan untuk memperlancar proses belajar mengajar dapat merencana penataan dan pengelolaan lingkungan belajar di kelas.
Kemudian, pengorganisasian manajemen kelas dapat guru lakukan dengan melibatkan siswa seperti pembentukan struktur organisasi kelas yang memilih ketua kelas, wakil ketua kelas, sekertaris, dan bendahara. Pembentukan struktur organisasi kelas bertujuan agar anak dapat bertanggung jawab pada tugas yang telah dipercayai padanya, begitu pula piket harian dibuat agar kelas menjadi bersih dan nyaman dalam belajar.
Selanjutnya, guru melakukan manajemen kelas sesuai dengan rencana yang telah dibuat dengan melibatkan pengorganisasian yang telah ditentukan. Dalam proses pembelajaran guru dapat menerapkan atau menggunakan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang berbeda pada setiap pertemuan maupun mata pelajaran yang sesuai, agar siswa tidak bosan dalam belajar, tertarik dalam pembelajaran dan mempunyai keingintahuan dalam materi yang diajarkan. Sesuai dengan karakteristik siswa kelas V yang telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus. Guru harus membimbing siswa dalam belajar dan memberikan motivasi belajar, agar siswa tersebut tidak mengabaikan mata pelajaran yang tidak diminatinya.
Pembelajaran yang efektif membutuhkan kelas yang kondusif. Walaupun guru telah memiliki strategi dalam belajar namun akan menjadi tidak efektif bila tidak didukung dengan kelas yang kondusif. Oleh karena itu, guru harus menata dan mengelola lingkungan  belajar di kelas sehingga menyenangkan, aman dan mendorong siswa terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.

Denah tempat duduk formasi tradisional

Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun, model ini sangat memiliki keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada di kelas terutama di belakang sering terganggu. Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa. Kelebihan formasi ini siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas tampak lebih teratur dam rapi, dan guru dapat mengawasi dari depan. Sedangkan kekuranganya, guru biasanya kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siswa yang tempat duduknya dibelakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal. Oleh karena itu guru harus menguasai kelas dalam pembelajaran. Anak yang rabun jauh dapat duduk di depan sedangkan untuk anak yang memiliki badan yang besar dan mata normal dapat duduk di belakang atau di samping dinding.

Gambar ruang kelas bagian depan

Gambar ruang kelas bagian samping

Gambar ruang kelas bagian belakang

Hiasaan dinding tersebut dapat dibuat oleh siswa yang dibimbing oleh guru. Dengan melibatkan siswa, maka siswa dapat berkreativitas, belajar dan bekerja kelompok serta mereka senang terlibat langsung dalam menghias kelas. Ventilasi dan penerangan di kelas dapat juga menciptakan suasana belajar yang nyaman, walaupun guru sulit untuk mengatur hal tersebut. Oleh karena itu ventilasi harus menjamin kesehatan siswa. untuk penyimpanan barang-barang dapat disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai karena dapat segera diperlukan dan diperlukan untuk kepentingan belajar. Peletakan penyimpanan barang-barang tersebut diletakan pada tempat yang tidak menggangu gerak kegiatan siswa. Untuk peralatan kebersihan kelas dapat diletakkan di belakang pintu kelas dan untuk alat-alat dalam pembelajaran dapat disimpan pada lemari yang ada di kelas. Dan guru dapat membuat peraturan di dalam kelas agar proses pembelajaran belajar dengan baik dan tercipta lingkungan kelas yang kondusif.

Gambar hiasaan dinding peraturan kelas

Dan terakhir guru sebagai pengawas dalam pembelajaran dan kondisi lingkungan kelas yang kondusif. Jika ada penyimpangan maupun masalah dalam hal pembelajaran maupun manajemen kelas guru harus sigap mengatasi hal tersebut. Begitu juga untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif seperti peralatan kelas dan penyimpanan barang dalam hal keamanan. Baik dari pencurian maupun barang-barang yang mudah meledak atau terbakar.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan situasi kelas yang kondusif dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal. Tujuan manajemen kelas adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan tenang, memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk prilaku berbudaya dan berakhlak mulia.
Penyebab terjadinya masalah manajemen kelas dapat disebabkan oleh faktor siswa. guru, keluarga, dan fasilitas dalam menghadapi masalah-masalah manajemen kelas guru dapat mengatasi masalah tersebut dengan melalui pendekatan kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep, pendekatan pengajaraan, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan sosio-emosional, pendekatan kerja kelompok, dan pendekatan elektis atau pluralistik. Dan ruang lingkup manajemen kelas terdiri dari manajemen kurikulum, manajemen peserta didik yang membentuk perilaku yang bermoral, kegiatan akademik dan kegiatan administratif. Keterampilan guru dalam memanajenen kelas menentukan keberhasilan pembelajaran.

3.2 Saran
Kita sebagai calon guru SD yang nantinya sebagai guru kelas diharapkan dengan mempelajari dan mengetahui pengaturan kondisi dan penciptaan iklim belajar yang menunjang, dapat menciptakan kondisi kelas baik secara fisik, sosio-emosional, organisasional, dan kondisi administrasi teknik yang menyenangkan atau memungkinkan sehingga para peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai secara efisien dan optimal.




DAFTAR PUSTAKA

Indriyani,Fita Dwi.2014. Makalah Pengertian Dan Tujuan Manajemen. Diakses tanggal 5 Nopember 2016
Hasan. 2015. Masalah-Masalah Dalam Manajemen Kelas Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Diakses tanggal 5 Nopember 2016

Physics,Konoha. 2012. Masalah Dalam Manajemen Kelas. Diakses tanggal 5 Nopember 2016

Anonim . 2011. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar Murid. Diakses tanggal 8 Nopember 2016

Purwanti,Dheni. 2015. Manajemen Kelas Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Danurejan Yogyakarta. Diakses tanggal 25 Nopember 2016



 BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang menjadi perhatian utama bagi calon guru dan guru yang telah berpengalaman sekalipun. Calon guru dan guru yang berpengalaman sekalipun menginginkan peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan peserta didik dapat menerimanya dengan baik.
Salah satu ciri guru yang profesional adalah guru mampu mengelola kelas dengan baik. Dengan menciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan baik.
Dalam kegiatan di kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan segala kemampuannya, murid dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas.
Manajemen kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang manajemen kelas secara mendalam.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa pengertian manajemen kelas?
1.2.2        Apa saja tujuan manajemen kelas?
1.2.3        Apa saja penyebab terjadinya masalah manajemen kelas?
1.2.4        Bagaiamana ruang lingkup manajemen kelas?
1.2.5        Bagaimana implementasi manajemen kelas di SD?

1.3  Tujuan
1.3.1        Mengetahui pengertian manajemen kelas
1.3.2        Mengetahui tujuan manajemen kelas
1.3.3        Mengetahui penyebab terjadinya masalah manajemen kelas
1.3.4        Mengetahui ruang lingkup manajemen kelas
1.3.5        Mengetahui implementasi manajemen kelas di SD

1.4  Manfaat
1.4.1        Menambah pengetahuan tentang pengertian manajemen kelas
1.4.2        Menambah pengetahuan tentang tujuan manajemen kelas
1.4.3        Menambah pengetahuan tentang penyebab terjadinya masalah manajemen kelas
1.4.4        Menambah wawasan tentang ruang lingkup manajemen kelas
1.4.5        Menambah wawasan tentang implementasi manajemen kelas di SD




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Kelas
2.1.1 Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata manus yang berarti tangan dan agree berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2004).
Sebagaimana yang diuraikan oleh Usman, bahwa manajemen menurut Mary Parker, adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari Mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri. Itulah manajemen,
Sejathi menguraikan bahwa, “arti dari manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan/ sasaran yang diinginkan”. Dengan begitu, pengelolaan/ manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Sementara itu, pengertian manajemen menurut  Terry adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen. 
Lain halnya menurut Stoner & Freeman,  manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, manajemen adalah  manajemen adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara bekerja secara bersama sama dengan orang - orang dan sumber daya yang dimiliki organisasi."
2.1.2 Pengertian Kelas
Pengertian  umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Sementara, kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi siswa.  Nawawi  memandang kelas dari dua sudut,  (a) Kelas dalam arti sempit yaitu, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. (b) Kelas dalam arti luas yaitu suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Sementara iru, menurut Hamalik ”kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” . Sedangkan  menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar”. Sulaeman (2009) mengartikan bahwa kelas dalam arti umum menunjukkan kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. Kelas dalam arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian adalah suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.
Menurut Hamiseno (2009) kelas adalah ruangan yang digunakan untuk proses belajar mengajar yang efektif dan menguntungkan serta dapat memotivasi  siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi  intelektual dan emosional. Mengingat kelas hendaknya dimanajemen sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syarat-syarat kelas yang baik (a) rapi,bersih,sehat, tidak lembab, (b) cukup cahaya yang meneranginya, (c) sirkulasi udara cukup, (d) perabot dalam keadaan baik,cukup jumlah dan ditata dengan  rapi, dan (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.
2.1.3 Pengertian Konsepsi Lama dan Modern
Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tetap terhadap masalah dan situasi manajemen kelas (Lois V. Jhonson dan Mary Bany, 1970)
2.1.4 Pengertian Manajemen Kelas Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber 1986 )
2.1.4.1  Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter).
2.1.4.2  Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (Pendekatan Intimidasi).
2.1.4.3  Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan Permisif).
2.1.4.4  Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan (Pendekatan Masak).
2.1.4.5  Seperangkat kegiataan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (Pendekatan Instruksional).
2.1.4.6  Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku).
2.1.4.7  Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersional yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim Sosioemosional).
2.1.4.8  Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Pendekatan Sistem Sosial)
2.1.5 Pengertian Manajemen Kelas Menurut Beberapa Ahli:
2.1.5.1 Menurut Barbara L. Wilt dalam Alben Ambarita (2006: 35)
Manajemen kelas sebagai penggunaan tata cara, untuk memastikan sebuah lingkungan mendukung terlaksananya pembelajaran dengan sukses. Pengelolaan kelas tidak sekedar bagaimana mengatur ruang kelas dengan segala sarana prasarananya, tetapi juga menyangkut interaksi dari pribadi-pribadi yang ada di dalamnya.
2.1.5.2 Menurut Novan Ardy Wiyani (2013: 59)
Manajemen kelas adalah keterampilan guru sebagai seorang leader sekaligus manajer dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk meraih keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
2.1.5.3 Menurut Emmer dan Thomas
Manajemen kelas sebagai seperangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk menarik perilaku peserta didik yang wajar, pantas, dan layak serta usaha meminimalkan gangguan
2.1.5.4 Menurut Maman Rachman (1997: 5)
Manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efisien, atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
2.1.5.5 Menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen
Manajemen kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan  proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000: 10-11).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas adalah serangkaian kegiatan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

2.2 Tujuan Manajemen Kelas
2.2.1        Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.2.2        Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
2.2.3        Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional  dan intelek siswa dalam belajar.
2.2.4        Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya. Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, (1996).
Tujuan manajemen kelas adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan tenang, memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk prilaku berbudaya dan berakhlak mulia.

2.3 Penyebab Terjadinya Masalah Manajemen Kelas
Penyebab timbulnya masalah dalam manajemen kelas dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
2.3.1 Faktor Siswa
Kekurang sadaran siswa dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota kelas merupakan faktor utama penyebab masalah manajemen kelas. Dalam manajemen kelas terdapat dua masalah yang berasal dari siswa yang dapat ditemui di dalam kelas yaitu yang bersifat individual dan yang bersifat kelompok.
2.3.1.1 Masalah yang bersifat individual
Masalah individual adalah masalah yang ditimbulkan oleh perorangan siswa. Penggolongan masalah ini berdasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Apabila seseorang individual gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga, maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Jika diklasifikasikan masalah individual ini dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
2.3.1.1.1 Attention getting behaviours (pola perilaku mencari perhatian)
Masalah ini biasanya timbul berupa perilaku mengalihkan perhatian guru atau siswa lainnya dari pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini disebabkan, karena siswa tersebut gagal menempatkan dirinya secara wajar dalam hubungan sosial yang saling menerima (biasanya secara aktif maupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku yang menganggu ketenangan dengan mencari perhatian secara aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya (tukang rewel). Sedangkan tingkah laku yang menggangu ketenangan dengan mencari perhatian secara pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
2.3.1.1.2 Power seeking behaviours (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Masalah ini biasanya timbul berupa perilaku yang berusaha mengendalikan guru dan siswa lainnya dengan memperlihatkan kekuatannya. Tingkah laku yang mencari kekuasaan sama dengan pola perilaku mencari perhatian, tetapi pola perilaku mencari kekuasaan ini lebih mendalam. Pola perilaku pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain, dan meanunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Sedangkan, pola perilaku pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang menonjolkan kemalasanya sehingga tidak melakukan apapun. Anak-anak ini sangat pelupa, keras kepala, dan secara pasif tidak memperlihatka ketidakpatuhan.

2.3.1.1.3 Revenge seeking behaviours (pola perilaku menunjukkan balas dendam)
Masalah ini biasanya timbul karena siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang sangat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau guru, ataupun binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak ini akan merasa sakit jika dikalahkan, dan mereka bukan pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang bersifat aktif dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedangkan anak-anak yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka menentang).
2.3.1.1.4 Helplessness (peragaan ketidakmampuan)
Masalah seperti ini biasanya timbul berupa perilaku yang enggan dan malas melakukan tugas yang diperintah guru serta selalu mengandalkan bantuan guru dan siswa lainnya. Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa sangat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang diinginkannya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya, bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong ini biasannya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri, sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu bersifat pasif.
2.3.1.2 Masalah bersifat kelompok
Masalah kelompok adalah masalah yang ditimbulkan oleh kelompok siswa tertentu. Jika diklasifikasikan adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya
dengan manajemen kelas, yaitu:
2.3.1.2.1     Kurangnya kekompakan : Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara para anggota kelompok.Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.
2.3.1.2.2 Kesulitan mengikuti peraturan kelompok : Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria dan lain-lain.
2.3.1.2.3 Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok : Reaksi negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
2.3.1.2.4 Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang : Penerimaan kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah perbuatan memperolok-olokan, misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.
2.3.1.2.5 Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja. Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
2.3.1.2.6 Kurangnya semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes. Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja. Pada umumnya protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.
2.3.1.2.7 Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering terjadi ialah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
Peserta didik harus sadar bahwa jika menganggu temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota masyarakat dalam kelas dan tidak menghormati hak peserta didik lain untuk mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan belajar mengajar. Pembiasaan yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan peserta didik (dengan penuh kesadaran) akan membawa peserta didik kearah yang baik.
2.3.1.3 Upaya pemecahan masalah dari faktor siswa
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru, tidak lain adalah untuk meningkatkan semangat siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179). Dalam menghadapi masalah-masalah manajemen kelas guru dapat menerapkan berbagai pendekatan, yaitu:
2.3.5.1  Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
2.3.5.2  Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.


2.3.5.3  Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
2.3.5.4  Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
2.3.5.5  Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
2.3.5.6  Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
2.3.5.7  Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
2.3.5.8  Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
2.3.5.9  Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.

2.3.2 Faktor Guru
 Beberapa faktor penyebab timbulnya masalah dalam manajemen kelas yang berasal dari guru diantaranya:
2.3.2.1    Tipe kepemimpinan guru yang otoriter
Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap agresif atau pasif dari murid-murid. Kedua sikap murid ini merupakan sumber masalah manajemen kelas. Sehingga guru harus memiliki tipe kepemimpinan yang demokratis dan juga otoritatif, karena dengan kepemimpinan guru yang demoratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan murid dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sedangkan kepemimpinan guru yang otoritatif dalam hal memerintah atau memberi anjuran lebih efekif, karena guru yang otoritatif lebih disegani oleh para siswa dan dipandang sebagai pemegang otoritas ilmu pengetahuam vaknya.
2.3.2.2    Format belajar mengajar yang monoton
Format belajar mengajar yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi siswa. Format belajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan para siswa bosan, kecewa, frustasi/kecewa dan hal ini merupakan pelanggaran disiplin. Oleh karena itu, guru harus mampu menguasai berbagai jenis variasi dalam mengajar seperti penggunaan strategi pembelajaran maupun metode pembelajaran pada setiap mata pelajaranyang berbeda-beda.
2.3.2.3    Kepribadian guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersikap adil, hangat, objektif dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Sikap yang bertentangan dengan kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah manajemen bagi siswa.
2.3.2.4    Pemahaman guru tentang peserta didik
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku siswa dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya. Mungkin karena tidak tahu caranya ataupun karena beban mengajar guru yang banyak dengan mengajar di berbagai sekolah sehingga guru datang ke sekolah semata-mata untuk mengajar. Oleh karena itu, untuk meminimalis penyebab masalah manajemen kelas guru harus dapat mencari informasi dan memahami tingkah laku (karakter) siswa serta mengetahui latar belakang siswa tersebut baik dari ekonominya, sosialnya dan budayanya. Dan jika guru tersebut memiliki beban mengajar yang banyak, guru tersebut harus mampu memanajemen waktunya dengan baik sesuai dengan keputusanya yang mengambil atau sesuai dengan kemampuanya memiliki beban mengajar yang banyak di berbagai sekolah.
2.3.2.5    Pengetahuan guru
Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah manajemen dan pendekatan manajemen baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis. Mendiskusikan, masalah ini dengan teman sejawat akan membantu dalam meningkatkan keterampilan memanajemen kelas dalam proses belajar mengajar.
2.3.3  Faktor keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan cermin keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah peserta didk yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik penggangu dan pembuat ribut. Mereka biasanya berasal dari keluarga yang tidak utuh atau kacau.
Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga, seperti tidak disiplin, tidak tertib, kebebasan yang berlebihan ataupun dikekang berlebihan latar belakang yang  menyebabkan siswa melanggar disiplin di kelas. Jelaslah sudah bahwa bila tuntutan di kelas atau sekolah berbeda jauh dengan kondisi kehidupan keluarga yang merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta didik untuk menyesuaikan diri. Salah satu penyesuaian peserta didik terhadap situsai kelas merupakan masalah manajemen. Di sini pula letak pentingnya kerja sama yang seimbang antara sekolah dan rumah (orang tua) agar terdapat kesesuaian antara situasi dan tuntutan kelas. Kerja sama antara sekolah dan orang tua dapat dilakukan dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh komite sekolah.
2.3.4  Faktor fasilitas
Faktor fasilitas merupakan masalah yang menghambat dalam manajemen kelas. Faktor tersebut meliputi:
2.3.4.1 Kelas yang jumlah peserta didiknya banyak sulit dikelola. Misalnya, jumlah peserta didik dalam satu kelas di SD yang melebihi 40 orang peserta didik merupakan masalah tersendiri dalam pengelolaan. Solusi dalam masalah ini yaitu guru harus menerapkan berbagai pendekatan dalam memanajemen kelas serta dalam kegiatan belajar mengajar dapat menggunakan microphone atau pun dengan suara yang lebih nyaring agar semua siswa dapat mendapatkan materi dengan baik.
2.3.4.2  Kecilnya ruangan kelas dibandingkan dengan jumlah peserta didik dan kebutuhan peserta didik untuk bergerak dalam kelas merupakan hambatan lain bagi pengelolaan. Demikian pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang dibandingkan dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuhkan seperti laboratorium, auditorium, ruang kesenian, ruang gambar, ruang oleahraga, dan sebagainya memerlukan penanganan sendiri. Solusinya yaitu dengan menggunakan ruangan tersebut seoptimal mungkin.
2.3.4.3  Ketersediaan alat, jumlah buku yang kurang atau alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkan akan menimbulkan masalah pengelolaan dalam kelas. Solusinya adalah dengan menggunakan alat tersebut seoptimal dapat dengan cara 1 alat digunakan 2-3 orang.
2.3.4.4  Kelas yang kotor dapat menganggu proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dibuat piket kelas agar kelas menjadi bersih dan siswa dapat belajar di kelas dengan tenang dan baik.
2.3.4.5 Kemajuan teknologi yang sangat pesat membuat semua orang dapat mengoperasikannya. Begitu pula pada anak-anak, hal ini dapat menjadi masalah jika siswa membawa HP dalam kelas dan memainkannya selama proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru dapat membuat peraturan jika dilarang menggunakan HP selama pembelajaran atau dengan kerja sama antar sekolah dan orang tua bahwa dilarang membawa HP ke sekolah.

2.4 Ruang Lingkup Manajemen Kelas
2.4.1        Manajemen kurikulum
Kurikulum adalah suatu cakupan kerja yang digunakan oleh seorang guru sebagai pedoman yang akan dicapai didalam proses belajar mengajar. Jadi manajemen kurikulum adalah sebuah perencanaan  atau pengarahan untuk menyelesaikan kurukulum tersebut.
2.4.2        Manajemen peserta didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia baik dari jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jadi, manajemen peserta didik adalah suatu proses kegiatan yang rencanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti PBM dengan efektif dan efesien , UUSPN (2003 )
2.4.3        Kegiatan akademik
Kegiatan akademik dikategorikan sebagai kegiatan PBM (teaching), diantaranya membuat persiapan sebelum mengajar, melaksanakan pengajaran yang telah dipersiapkan, dan menilai sejauh mana pelajaran yang sudah disajikan itu berhasil dan dikuasai peserta didik.
2.4.4        Kegiatan administratif
Kegiatan administratif dikategorikan  sebagai kegiatan "non teaching" sebagai kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan guru bagi kelancaran mengajarnya seperti kegiatan-kegiatan prosedural, dan kegiatan organisasional.
Manajemen kelas memiliki ruang lingkup yang dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
2.4.5        Fisik, pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik mencakup pengaturan siswa dalam belajar, ruang belajar, dan perabot kelas.
2.4.6        Non fisik pengelolaan kelas yang memfokuskan pada aspek interaksi siswa dengan siswa lainnya, siswa dengan guru dan lingkungan kelas atau sekolahnya sebelum, selama, dan setelah pembelajaran. Atas dasar ini aspek psikologis, sosial, dan hubungan interpersonal perlu diperhatikanImam gunawan (2009).

2.5         Implementasi Manajemen Kelas di SD
Dalam memanajemen kelas yang efektif dalam meningkatkan pembelajaran di kelas. Guru harus memiliki perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Dalam menerapkan manajemen kelas di SD pada kelas V, guru harus mengetahui karakteristik dari siswa SD terlebih dahulu. Pada umumnya usia anak-anak SD yaitu 6-12 tahun, usia ini anak memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa bergerak atau berpindah, belajar dan bekerja dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Suryosubroto (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 124-125) menganggap bahwa usia sekolah sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Pada SD kelas V termasuk dalam kelas tinggi. Menurutnya karakteristik dari kelas tinggi yaitu:
2.5.1        Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
2.5.2        Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.
2.5.3        Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
2.5.4        Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.
2.5.5        Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada peraturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Oleh karena itu, guru harus melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam kelas agar mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran biasanya terdapat pada silabus pada bagian indikator pencapaian kompetensi. Perencanaan dalam proses pembelajaran terdapat pada RPP yang dibuat dan untuk memperlancar proses belajar mengajar dapat merencana penataan dan pengelolaan lingkungan belajar di kelas.
Kemudian, pengorganisasian manajemen kelas dapat guru lakukan dengan melibatkan siswa seperti pembentukan struktur organisasi kelas yang memilih ketua kelas, wakil ketua kelas, sekertaris, dan bendahara. Pembentukan struktur organisasi kelas bertujuan agar anak dapat bertanggung jawab pada tugas yang telah dipercayai padanya, begitu pula piket harian dibuat agar kelas menjadi bersih dan nyaman dalam belajar.
Selanjutnya, guru melakukan manajemen kelas sesuai dengan rencana yang telah dibuat dengan melibatkan pengorganisasian yang telah ditentukan. Dalam proses pembelajaran guru dapat menerapkan atau menggunakan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang berbeda pada setiap pertemuan maupun mata pelajaran yang sesuai, agar siswa tidak bosan dalam belajar, tertarik dalam pembelajaran dan mempunyai keingintahuan dalam materi yang diajarkan. Sesuai dengan karakteristik siswa kelas V yang telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus. Guru harus membimbing siswa dalam belajar dan memberikan motivasi belajar, agar siswa tersebut tidak mengabaikan mata pelajaran yang tidak diminatinya.
Pembelajaran yang efektif membutuhkan kelas yang kondusif. Walaupun guru telah memiliki strategi dalam belajar namun akan menjadi tidak efektif bila tidak didukung dengan kelas yang kondusif. Oleh karena itu, guru harus menata dan mengelola lingkungan  belajar di kelas sehingga menyenangkan, aman dan mendorong siswa terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.

Denah tempat duduk formasi tradisional

Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun, model ini sangat memiliki keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada di kelas terutama di belakang sering terganggu. Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa. Kelebihan formasi ini siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas tampak lebih teratur dam rapi, dan guru dapat mengawasi dari depan. Sedangkan kekuranganya, guru biasanya kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siswa yang tempat duduknya dibelakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal. Oleh karena itu guru harus menguasai kelas dalam pembelajaran. Anak yang rabun jauh dapat duduk di depan sedangkan untuk anak yang memiliki badan yang besar dan mata normal dapat duduk di belakang atau di samping dinding.

Gambar ruang kelas bagian depan

Gambar ruang kelas bagian samping

Gambar ruang kelas bagian belakang

Hiasaan dinding tersebut dapat dibuat oleh siswa yang dibimbing oleh guru. Dengan melibatkan siswa, maka siswa dapat berkreativitas, belajar dan bekerja kelompok serta mereka senang terlibat langsung dalam menghias kelas. Ventilasi dan penerangan di kelas dapat juga menciptakan suasana belajar yang nyaman, walaupun guru sulit untuk mengatur hal tersebut. Oleh karena itu ventilasi harus menjamin kesehatan siswa. untuk penyimpanan barang-barang dapat disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai karena dapat segera diperlukan dan diperlukan untuk kepentingan belajar. Peletakan penyimpanan barang-barang tersebut diletakan pada tempat yang tidak menggangu gerak kegiatan siswa. Untuk peralatan kebersihan kelas dapat diletakkan di belakang pintu kelas dan untuk alat-alat dalam pembelajaran dapat disimpan pada lemari yang ada di kelas. Dan guru dapat membuat peraturan di dalam kelas agar proses pembelajaran belajar dengan baik dan tercipta lingkungan kelas yang kondusif.

Gambar hiasaan dinding peraturan kelas

Dan terakhir guru sebagai pengawas dalam pembelajaran dan kondisi lingkungan kelas yang kondusif. Jika ada penyimpangan maupun masalah dalam hal pembelajaran maupun manajemen kelas guru harus sigap mengatasi hal tersebut. Begitu juga untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif seperti peralatan kelas dan penyimpanan barang dalam hal keamanan. Baik dari pencurian maupun barang-barang yang mudah meledak atau terbakar.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan situasi kelas yang kondusif dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal. Tujuan manajemen kelas adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan tenang, memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk prilaku berbudaya dan berakhlak mulia.
Penyebab terjadinya masalah manajemen kelas dapat disebabkan oleh faktor siswa. guru, keluarga, dan fasilitas dalam menghadapi masalah-masalah manajemen kelas guru dapat mengatasi masalah tersebut dengan melalui pendekatan kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep, pendekatan pengajaraan, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan sosio-emosional, pendekatan kerja kelompok, dan pendekatan elektis atau pluralistik. Dan ruang lingkup manajemen kelas terdiri dari manajemen kurikulum, manajemen peserta didik yang membentuk perilaku yang bermoral, kegiatan akademik dan kegiatan administratif. Keterampilan guru dalam memanajenen kelas menentukan keberhasilan pembelajaran.

3.2 Saran
Kita sebagai calon guru SD yang nantinya sebagai guru kelas diharapkan dengan mempelajari dan mengetahui pengaturan kondisi dan penciptaan iklim belajar yang menunjang, dapat menciptakan kondisi kelas baik secara fisik, sosio-emosional, organisasional, dan kondisi administrasi teknik yang menyenangkan atau memungkinkan sehingga para peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai secara efisien dan optimal.




DAFTAR PUSTAKA

Indriyani,Fita Dwi.2014. Makalah Pengertian Dan Tujuan Manajemen. Diakses tanggal 5 Nopember 2016
Hasan. 2015. Masalah-Masalah Dalam Manajemen Kelas Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Diakses tanggal 5 Nopember 2016

Physics,Konoha. 2012. Masalah Dalam Manajemen Kelas. Diakses tanggal 5 Nopember 2016

Anonim . 2011. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar Murid. Diakses tanggal 8 Nopember 2016

Purwanti,Dheni. 2015. Manajemen Kelas Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Danurejan Yogyakarta. Diakses tanggal 25 Nopember 2016


 BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang menjadi perhatian utama bagi calon guru dan guru yang telah berpengalaman sekalipun. Calon guru dan guru yang berpengalaman sekalipun menginginkan peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan peserta didik dapat menerimanya dengan baik.
Salah satu ciri guru yang profesional adalah guru mampu mengelola kelas dengan baik. Dengan menciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan baik.
Dalam kegiatan di kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan segala kemampuannya, murid dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas.
Manajemen kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang manajemen kelas secara mendalam.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa pengertian manajemen kelas?
1.2.2        Apa saja tujuan manajemen kelas?
1.2.3        Apa saja penyebab terjadinya masalah manajemen kelas?
1.2.4        Bagaiamana ruang lingkup manajemen kelas?
1.2.5        Bagaimana implementasi manajemen kelas di SD?

1.3  Tujuan
1.3.1        Mengetahui pengertian manajemen kelas
1.3.2        Mengetahui tujuan manajemen kelas
1.3.3        Mengetahui penyebab terjadinya masalah manajemen kelas
1.3.4        Mengetahui ruang lingkup manajemen kelas
1.3.5        Mengetahui implementasi manajemen kelas di SD

1.4  Manfaat
1.4.1        Menambah pengetahuan tentang pengertian manajemen kelas
1.4.2        Menambah pengetahuan tentang tujuan manajemen kelas
1.4.3        Menambah pengetahuan tentang penyebab terjadinya masalah manajemen kelas
1.4.4        Menambah wawasan tentang ruang lingkup manajemen kelas
1.4.5        Menambah wawasan tentang implementasi manajemen kelas di SD




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Kelas
2.1.1 Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata manus yang berarti tangan dan agree berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2004).
Sebagaimana yang diuraikan oleh Usman, bahwa manajemen menurut Mary Parker, adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari Mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri. Itulah manajemen,
Sejathi menguraikan bahwa, “arti dari manajemen adalah pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan/ sasaran yang diinginkan”. Dengan begitu, pengelolaan/ manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Sementara itu, pengertian manajemen menurut  Terry adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen. 
Lain halnya menurut Stoner & Freeman,  manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, manajemen adalah  manajemen adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara bekerja secara bersama sama dengan orang - orang dan sumber daya yang dimiliki organisasi."
2.1.2 Pengertian Kelas
Pengertian  umum mengenai kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Sementara, kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi siswa.  Nawawi  memandang kelas dari dua sudut,  (a) Kelas dalam arti sempit yaitu, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. (b) Kelas dalam arti luas yaitu suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Sementara iru, menurut Hamalik ”kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” . Sedangkan  menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar”. Sulaeman (2009) mengartikan bahwa kelas dalam arti umum menunjukkan kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. Kelas dalam arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian adalah suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.
Menurut Hamiseno (2009) kelas adalah ruangan yang digunakan untuk proses belajar mengajar yang efektif dan menguntungkan serta dapat memotivasi  siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi  intelektual dan emosional. Mengingat kelas hendaknya dimanajemen sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syarat-syarat kelas yang baik (a) rapi,bersih,sehat, tidak lembab, (b) cukup cahaya yang meneranginya, (c) sirkulasi udara cukup, (d) perabot dalam keadaan baik,cukup jumlah dan ditata dengan  rapi, dan (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.
2.1.3 Pengertian Konsepsi Lama dan Modern
Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tetap terhadap masalah dan situasi manajemen kelas (Lois V. Jhonson dan Mary Bany, 1970)
2.1.4 Pengertian Manajemen Kelas Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber 1986 )
2.1.4.1  Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter).
2.1.4.2  Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (Pendekatan Intimidasi).
2.1.4.3  Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan Permisif).
2.1.4.4  Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan (Pendekatan Masak).
2.1.4.5  Seperangkat kegiataan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (Pendekatan Instruksional).
2.1.4.6  Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku).
2.1.4.7  Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersional yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim Sosioemosional).
2.1.4.8  Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Pendekatan Sistem Sosial)
2.1.5 Pengertian Manajemen Kelas Menurut Beberapa Ahli:
2.1.5.1 Menurut Barbara L. Wilt dalam Alben Ambarita (2006: 35)
Manajemen kelas sebagai penggunaan tata cara, untuk memastikan sebuah lingkungan mendukung terlaksananya pembelajaran dengan sukses. Pengelolaan kelas tidak sekedar bagaimana mengatur ruang kelas dengan segala sarana prasarananya, tetapi juga menyangkut interaksi dari pribadi-pribadi yang ada di dalamnya.
2.1.5.2 Menurut Novan Ardy Wiyani (2013: 59)
Manajemen kelas adalah keterampilan guru sebagai seorang leader sekaligus manajer dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk meraih keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
2.1.5.3 Menurut Emmer dan Thomas
Manajemen kelas sebagai seperangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk menarik perilaku peserta didik yang wajar, pantas, dan layak serta usaha meminimalkan gangguan
2.1.5.4 Menurut Maman Rachman (1997: 5)
Manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efisien, atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
2.1.5.5 Menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen
Manajemen kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan  proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000: 10-11).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas adalah serangkaian kegiatan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

2.2 Tujuan Manajemen Kelas
2.2.1        Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.2.2        Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
2.2.3        Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional  dan intelek siswa dalam belajar.
2.2.4        Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya. Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, (1996).
Tujuan manajemen kelas adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan tenang, memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk prilaku berbudaya dan berakhlak mulia.

2.3 Penyebab Terjadinya Masalah Manajemen Kelas
Penyebab timbulnya masalah dalam manajemen kelas dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
2.3.1 Faktor Siswa
Kekurang sadaran siswa dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota kelas merupakan faktor utama penyebab masalah manajemen kelas. Dalam manajemen kelas terdapat dua masalah yang berasal dari siswa yang dapat ditemui di dalam kelas yaitu yang bersifat individual dan yang bersifat kelompok.
2.3.1.1 Masalah yang bersifat individual
Masalah individual adalah masalah yang ditimbulkan oleh perorangan siswa. Penggolongan masalah ini berdasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Apabila seseorang individual gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga, maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Jika diklasifikasikan masalah individual ini dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
2.3.1.1.1 Attention getting behaviours (pola perilaku mencari perhatian)
Masalah ini biasanya timbul berupa perilaku mengalihkan perhatian guru atau siswa lainnya dari pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini disebabkan, karena siswa tersebut gagal menempatkan dirinya secara wajar dalam hubungan sosial yang saling menerima (biasanya secara aktif maupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku yang menganggu ketenangan dengan mencari perhatian secara aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya (tukang rewel). Sedangkan tingkah laku yang menggangu ketenangan dengan mencari perhatian secara pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
2.3.1.1.2 Power seeking behaviours (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Masalah ini biasanya timbul berupa perilaku yang berusaha mengendalikan guru dan siswa lainnya dengan memperlihatkan kekuatannya. Tingkah laku yang mencari kekuasaan sama dengan pola perilaku mencari perhatian, tetapi pola perilaku mencari kekuasaan ini lebih mendalam. Pola perilaku pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain, dan meanunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Sedangkan, pola perilaku pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang menonjolkan kemalasanya sehingga tidak melakukan apapun. Anak-anak ini sangat pelupa, keras kepala, dan secara pasif tidak memperlihatka ketidakpatuhan.

2.3.1.1.3 Revenge seeking behaviours (pola perilaku menunjukkan balas dendam)
Masalah ini biasanya timbul karena siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang sangat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau guru, ataupun binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak ini akan merasa sakit jika dikalahkan, dan mereka bukan pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang bersifat aktif dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedangkan anak-anak yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka menentang).
2.3.1.1.4 Helplessness (peragaan ketidakmampuan)
Masalah seperti ini biasanya timbul berupa perilaku yang enggan dan malas melakukan tugas yang diperintah guru serta selalu mengandalkan bantuan guru dan siswa lainnya. Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa sangat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang diinginkannya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya, bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong ini biasannya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri, sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu bersifat pasif.
2.3.1.2 Masalah bersifat kelompok
Masalah kelompok adalah masalah yang ditimbulkan oleh kelompok siswa tertentu. Jika diklasifikasikan adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya
dengan manajemen kelas, yaitu:
2.3.1.2.1     Kurangnya kekompakan : Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara para anggota kelompok.Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.
2.3.1.2.2 Kesulitan mengikuti peraturan kelompok : Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria dan lain-lain.
2.3.1.2.3 Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok : Reaksi negatif terhadap anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
2.3.1.2.4 Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang : Penerimaan kelompok (kelas) atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah perbuatan memperolok-olokan, misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.
2.3.1.2.5 Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja. Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
2.3.1.2.6 Kurangnya semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes. Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja. Pada umumnya protes dan keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.
2.3.1.2.7 Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering terjadi ialah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
Peserta didik harus sadar bahwa jika menganggu temannya yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota masyarakat dalam kelas dan tidak menghormati hak peserta didik lain untuk mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan belajar mengajar. Pembiasaan yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan peserta didik (dengan penuh kesadaran) akan membawa peserta didik kearah yang baik.
2.3.1.3 Upaya pemecahan masalah dari faktor siswa
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru, tidak lain adalah untuk meningkatkan semangat siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179). Dalam menghadapi masalah-masalah manajemen kelas guru dapat menerapkan berbagai pendekatan, yaitu:
2.3.5.1  Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
2.3.5.2  Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.


2.3.5.3  Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
2.3.5.4  Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
2.3.5.5  Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
2.3.5.6  Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
2.3.5.7  Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
2.3.5.8  Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
2.3.5.9  Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.

2.3.2 Faktor Guru
 Beberapa faktor penyebab timbulnya masalah dalam manajemen kelas yang berasal dari guru diantaranya:
2.3.2.1    Tipe kepemimpinan guru yang otoriter
Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap agresif atau pasif dari murid-murid. Kedua sikap murid ini merupakan sumber masalah manajemen kelas. Sehingga guru harus memiliki tipe kepemimpinan yang demokratis dan juga otoritatif, karena dengan kepemimpinan guru yang demoratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan murid dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sedangkan kepemimpinan guru yang otoritatif dalam hal memerintah atau memberi anjuran lebih efekif, karena guru yang otoritatif lebih disegani oleh para siswa dan dipandang sebagai pemegang otoritas ilmu pengetahuam vaknya.
2.3.2.2    Format belajar mengajar yang monoton
Format belajar mengajar yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi siswa. Format belajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan para siswa bosan, kecewa, frustasi/kecewa dan hal ini merupakan pelanggaran disiplin. Oleh karena itu, guru harus mampu menguasai berbagai jenis variasi dalam mengajar seperti penggunaan strategi pembelajaran maupun metode pembelajaran pada setiap mata pelajaranyang berbeda-beda.
2.3.2.3    Kepribadian guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersikap adil, hangat, objektif dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Sikap yang bertentangan dengan kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah manajemen bagi siswa.
2.3.2.4    Pemahaman guru tentang peserta didik
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku siswa dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya. Mungkin karena tidak tahu caranya ataupun karena beban mengajar guru yang banyak dengan mengajar di berbagai sekolah sehingga guru datang ke sekolah semata-mata untuk mengajar. Oleh karena itu, untuk meminimalis penyebab masalah manajemen kelas guru harus dapat mencari informasi dan memahami tingkah laku (karakter) siswa serta mengetahui latar belakang siswa tersebut baik dari ekonominya, sosialnya dan budayanya. Dan jika guru tersebut memiliki beban mengajar yang banyak, guru tersebut harus mampu memanajemen waktunya dengan baik sesuai dengan keputusanya yang mengambil atau sesuai dengan kemampuanya memiliki beban mengajar yang banyak di berbagai sekolah.
2.3.2.5    Pengetahuan guru
Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah manajemen dan pendekatan manajemen baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis. Mendiskusikan, masalah ini dengan teman sejawat akan membantu dalam meningkatkan keterampilan memanajemen kelas dalam proses belajar mengajar.
2.3.3  Faktor keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan cermin keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah peserta didk yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik penggangu dan pembuat ribut. Mereka biasanya berasal dari keluarga yang tidak utuh atau kacau.
Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga, seperti tidak disiplin, tidak tertib, kebebasan yang berlebihan ataupun dikekang berlebihan latar belakang yang  menyebabkan siswa melanggar disiplin di kelas. Jelaslah sudah bahwa bila tuntutan di kelas atau sekolah berbeda jauh dengan kondisi kehidupan keluarga yang merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta didik untuk menyesuaikan diri. Salah satu penyesuaian peserta didik terhadap situsai kelas merupakan masalah manajemen. Di sini pula letak pentingnya kerja sama yang seimbang antara sekolah dan rumah (orang tua) agar terdapat kesesuaian antara situasi dan tuntutan kelas. Kerja sama antara sekolah dan orang tua dapat dilakukan dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh komite sekolah.
2.3.4  Faktor fasilitas
Faktor fasilitas merupakan masalah yang menghambat dalam manajemen kelas. Faktor tersebut meliputi:
2.3.4.1 Kelas yang jumlah peserta didiknya banyak sulit dikelola. Misalnya, jumlah peserta didik dalam satu kelas di SD yang melebihi 40 orang peserta didik merupakan masalah tersendiri dalam pengelolaan. Solusi dalam masalah ini yaitu guru harus menerapkan berbagai pendekatan dalam memanajemen kelas serta dalam kegiatan belajar mengajar dapat menggunakan microphone atau pun dengan suara yang lebih nyaring agar semua siswa dapat mendapatkan materi dengan baik.
2.3.4.2  Kecilnya ruangan kelas dibandingkan dengan jumlah peserta didik dan kebutuhan peserta didik untuk bergerak dalam kelas merupakan hambatan lain bagi pengelolaan. Demikian pula halnya dengan jumlah ruangan yang kurang dibandingkan dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan khusus yang dibutuhkan seperti laboratorium, auditorium, ruang kesenian, ruang gambar, ruang oleahraga, dan sebagainya memerlukan penanganan sendiri. Solusinya yaitu dengan menggunakan ruangan tersebut seoptimal mungkin.
2.3.4.3  Ketersediaan alat, jumlah buku yang kurang atau alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkan akan menimbulkan masalah pengelolaan dalam kelas. Solusinya adalah dengan menggunakan alat tersebut seoptimal dapat dengan cara 1 alat digunakan 2-3 orang.
2.3.4.4  Kelas yang kotor dapat menganggu proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dibuat piket kelas agar kelas menjadi bersih dan siswa dapat belajar di kelas dengan tenang dan baik.
2.3.4.5 Kemajuan teknologi yang sangat pesat membuat semua orang dapat mengoperasikannya. Begitu pula pada anak-anak, hal ini dapat menjadi masalah jika siswa membawa HP dalam kelas dan memainkannya selama proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru dapat membuat peraturan jika dilarang menggunakan HP selama pembelajaran atau dengan kerja sama antar sekolah dan orang tua bahwa dilarang membawa HP ke sekolah.

2.4 Ruang Lingkup Manajemen Kelas
2.4.1        Manajemen kurikulum
Kurikulum adalah suatu cakupan kerja yang digunakan oleh seorang guru sebagai pedoman yang akan dicapai didalam proses belajar mengajar. Jadi manajemen kurikulum adalah sebuah perencanaan  atau pengarahan untuk menyelesaikan kurukulum tersebut.
2.4.2        Manajemen peserta didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia baik dari jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jadi, manajemen peserta didik adalah suatu proses kegiatan yang rencanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti PBM dengan efektif dan efesien , UUSPN (2003 )
2.4.3        Kegiatan akademik
Kegiatan akademik dikategorikan sebagai kegiatan PBM (teaching), diantaranya membuat persiapan sebelum mengajar, melaksanakan pengajaran yang telah dipersiapkan, dan menilai sejauh mana pelajaran yang sudah disajikan itu berhasil dan dikuasai peserta didik.
2.4.4        Kegiatan administratif
Kegiatan administratif dikategorikan  sebagai kegiatan "non teaching" sebagai kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan guru bagi kelancaran mengajarnya seperti kegiatan-kegiatan prosedural, dan kegiatan organisasional.
Manajemen kelas memiliki ruang lingkup yang dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
2.4.5        Fisik, pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik mencakup pengaturan siswa dalam belajar, ruang belajar, dan perabot kelas.
2.4.6        Non fisik pengelolaan kelas yang memfokuskan pada aspek interaksi siswa dengan siswa lainnya, siswa dengan guru dan lingkungan kelas atau sekolahnya sebelum, selama, dan setelah pembelajaran. Atas dasar ini aspek psikologis, sosial, dan hubungan interpersonal perlu diperhatikanImam gunawan (2009).

2.5         Implementasi Manajemen Kelas di SD
Dalam memanajemen kelas yang efektif dalam meningkatkan pembelajaran di kelas. Guru harus memiliki perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Dalam menerapkan manajemen kelas di SD pada kelas V, guru harus mengetahui karakteristik dari siswa SD terlebih dahulu. Pada umumnya usia anak-anak SD yaitu 6-12 tahun, usia ini anak memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa bergerak atau berpindah, belajar dan bekerja dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Suryosubroto (Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 124-125) menganggap bahwa usia sekolah sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Pada SD kelas V termasuk dalam kelas tinggi. Menurutnya karakteristik dari kelas tinggi yaitu:
2.5.1        Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
2.5.2        Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.
2.5.3        Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
2.5.4        Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.
2.5.5        Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada peraturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Oleh karena itu, guru harus melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam kelas agar mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran biasanya terdapat pada silabus pada bagian indikator pencapaian kompetensi. Perencanaan dalam proses pembelajaran terdapat pada RPP yang dibuat dan untuk memperlancar proses belajar mengajar dapat merencana penataan dan pengelolaan lingkungan belajar di kelas.
Kemudian, pengorganisasian manajemen kelas dapat guru lakukan dengan melibatkan siswa seperti pembentukan struktur organisasi kelas yang memilih ketua kelas, wakil ketua kelas, sekertaris, dan bendahara. Pembentukan struktur organisasi kelas bertujuan agar anak dapat bertanggung jawab pada tugas yang telah dipercayai padanya, begitu pula piket harian dibuat agar kelas menjadi bersih dan nyaman dalam belajar.
Selanjutnya, guru melakukan manajemen kelas sesuai dengan rencana yang telah dibuat dengan melibatkan pengorganisasian yang telah ditentukan. Dalam proses pembelajaran guru dapat menerapkan atau menggunakan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang berbeda pada setiap pertemuan maupun mata pelajaran yang sesuai, agar siswa tidak bosan dalam belajar, tertarik dalam pembelajaran dan mempunyai keingintahuan dalam materi yang diajarkan. Sesuai dengan karakteristik siswa kelas V yang telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus. Guru harus membimbing siswa dalam belajar dan memberikan motivasi belajar, agar siswa tersebut tidak mengabaikan mata pelajaran yang tidak diminatinya.
Pembelajaran yang efektif membutuhkan kelas yang kondusif. Walaupun guru telah memiliki strategi dalam belajar namun akan menjadi tidak efektif bila tidak didukung dengan kelas yang kondusif. Oleh karena itu, guru harus menata dan mengelola lingkungan  belajar di kelas sehingga menyenangkan, aman dan mendorong siswa terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.

Denah tempat duduk formasi tradisional

Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun, model ini sangat memiliki keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada di kelas terutama di belakang sering terganggu. Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa. Kelebihan formasi ini siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas tampak lebih teratur dam rapi, dan guru dapat mengawasi dari depan. Sedangkan kekuranganya, guru biasanya kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siswa yang tempat duduknya dibelakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal. Oleh karena itu guru harus menguasai kelas dalam pembelajaran. Anak yang rabun jauh dapat duduk di depan sedangkan untuk anak yang memiliki badan yang besar dan mata normal dapat duduk di belakang atau di samping dinding.

Gambar ruang kelas bagian depan

Gambar ruang kelas bagian samping

Gambar ruang kelas bagian belakang

Hiasaan dinding tersebut dapat dibuat oleh siswa yang dibimbing oleh guru. Dengan melibatkan siswa, maka siswa dapat berkreativitas, belajar dan bekerja kelompok serta mereka senang terlibat langsung dalam menghias kelas. Ventilasi dan penerangan di kelas dapat juga menciptakan suasana belajar yang nyaman, walaupun guru sulit untuk mengatur hal tersebut. Oleh karena itu ventilasi harus menjamin kesehatan siswa. untuk penyimpanan barang-barang dapat disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai karena dapat segera diperlukan dan diperlukan untuk kepentingan belajar. Peletakan penyimpanan barang-barang tersebut diletakan pada tempat yang tidak menggangu gerak kegiatan siswa. Untuk peralatan kebersihan kelas dapat diletakkan di belakang pintu kelas dan untuk alat-alat dalam pembelajaran dapat disimpan pada lemari yang ada di kelas. Dan guru dapat membuat peraturan di dalam kelas agar proses pembelajaran belajar dengan baik dan tercipta lingkungan kelas yang kondusif.

Gambar hiasaan dinding peraturan kelas

Dan terakhir guru sebagai pengawas dalam pembelajaran dan kondisi lingkungan kelas yang kondusif. Jika ada penyimpangan maupun masalah dalam hal pembelajaran maupun manajemen kelas guru harus sigap mengatasi hal tersebut. Begitu juga untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif seperti peralatan kelas dan penyimpanan barang dalam hal keamanan. Baik dari pencurian maupun barang-barang yang mudah meledak atau terbakar.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan situasi kelas yang kondusif dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal. Tujuan manajemen kelas adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan tenang, memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk prilaku berbudaya dan berakhlak mulia.
Penyebab terjadinya masalah manajemen kelas dapat disebabkan oleh faktor siswa. guru, keluarga, dan fasilitas dalam menghadapi masalah-masalah manajemen kelas guru dapat mengatasi masalah tersebut dengan melalui pendekatan kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep, pendekatan pengajaraan, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan sosio-emosional, pendekatan kerja kelompok, dan pendekatan elektis atau pluralistik. Dan ruang lingkup manajemen kelas terdiri dari manajemen kurikulum, manajemen peserta didik yang membentuk perilaku yang bermoral, kegiatan akademik dan kegiatan administratif. Keterampilan guru dalam memanajenen kelas menentukan keberhasilan pembelajaran.

3.2 Saran
Kita sebagai calon guru SD yang nantinya sebagai guru kelas diharapkan dengan mempelajari dan mengetahui pengaturan kondisi dan penciptaan iklim belajar yang menunjang, dapat menciptakan kondisi kelas baik secara fisik, sosio-emosional, organisasional, dan kondisi administrasi teknik yang menyenangkan atau memungkinkan sehingga para peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai secara efisien dan optimal.




DAFTAR PUSTAKA

Indriyani,Fita Dwi.2014. Makalah Pengertian Dan Tujuan Manajemen. Diakses tanggal 5 Nopember 2016
Hasan. 2015. Masalah-Masalah Dalam Manajemen Kelas Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Diakses tanggal 5 Nopember 2016

Physics,Konoha. 2012. Masalah Dalam Manajemen Kelas. Diakses tanggal 5 Nopember 2016

Anonim . 2011. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar Murid. Diakses tanggal 8 Nopember 2016

Purwanti,Dheni. 2015. Manajemen Kelas Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Danurejan Yogyakarta. Diakses tanggal 25 Nopember 2016



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

MAKALAH MENGENAI MAJAS

MAKALAH SENAM KETANGKASAN