MAKALAH MANAJEMEN KELAS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Manajemen kelas merupakan aspek
pendidikan yang menjadi perhatian utama bagi calon guru dan guru yang telah
berpengalaman sekalipun. Calon guru dan guru yang berpengalaman sekalipun
menginginkan peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan peserta didik
dapat menerimanya dengan baik.
Salah satu ciri guru yang
profesional adalah guru mampu mengelola kelas dengan baik. Dengan menciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen
kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya
menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk
belajar dengan baik.
Dalam kegiatan di kelas segala aspek
pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan segala kemampuannya, murid
dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala
komponennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala
perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi
di dalam kelas.
Manajemen kelas
diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa
selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin
terjadi persaingan yang sehat dalam
kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Oleh
karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang manajemen kelas secara
mendalam.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa pengertian manajemen kelas?
1.2.2
Apa saja tujuan manajemen kelas?
1.2.3
Apa saja penyebab terjadinya masalah manajemen kelas?
1.2.4
Bagaiamana ruang lingkup manajemen kelas?
1.2.5
Bagaimana implementasi manajemen kelas di SD?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mengetahui pengertian manajemen kelas
1.3.2
Mengetahui tujuan manajemen kelas
1.3.3
Mengetahui penyebab terjadinya masalah manajemen
kelas
1.3.4
Mengetahui ruang lingkup manajemen kelas
1.3.5
Mengetahui implementasi manajemen kelas di SD
1.4 Manfaat
1.4.1
Menambah pengetahuan
tentang pengertian manajemen
kelas
1.4.2
Menambah pengetahuan tentang tujuan manajemen kelas
1.4.3
Menambah pengetahuan tentang penyebab terjadinya masalah manajemen kelas
1.4.4
Menambah wawasan tentang ruang lingkup manajemen kelas
1.4.5
Menambah wawasan tentang implementasi manajemen kelas di SD
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Manajemen Kelas
2.1.1 Pengertian
Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari
kata manus yang berarti tangan dan agree berarti
melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang
artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management,
dan manager untuk melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2004).
Sebagaimana yang diuraikan oleh Usman, bahwa manajemen
menurut Mary Parker, adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan
melalui orang lain. Definisi dari Mary ini mengandung perhatian pada kenyataan
bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur
orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu,
bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri. Itulah
manajemen,
Sejathi menguraikan bahwa, “arti dari manajemen adalah
pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara
efektif untuk mencapai tujuan/ sasaran yang diinginkan”. Dengan begitu,
pengelolaan/ manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang
dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Sementara itu,
pengertian manajemen menurut Terry adalah suatu proses atau kerangka
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke
arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga
adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan kecakapan
yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan manajemen.
Lain halnya menurut Stoner & Freeman,
manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, manajemen adalah manajemen
adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan
cara bekerja secara bersama sama dengan orang - orang dan sumber daya yang
dimiliki organisasi."
2.1.2 Pengertian Kelas
Pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok
siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama
pula. Sementara, kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua
pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi siswa.
Nawawi memandang kelas dari dua sudut, (a) Kelas dalam arti
sempit yaitu, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa
berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian ini,
mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut
tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis
masing-masing. (b) Kelas dalam arti luas yaitu suatu masyarakat kecil yang
merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan
diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Sementara iru, menurut Hamalik ”kelas adalah suatu
kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran
dari guru” . Sedangkan menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan
belajar dan atau rombongan belajar”. Sulaeman (2009) mengartikan bahwa kelas
dalam arti umum menunjukkan kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada
waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.
Kelas dalam arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian adalah
suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi
unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.
Menurut Hamiseno (2009) kelas adalah ruangan yang
digunakan untuk proses belajar mengajar yang efektif dan menguntungkan serta
dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Kelas
merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa untuk
tumbuh dan berkembangnya potensi intelektual dan emosional. Mengingat
kelas hendaknya dimanajemen sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan
belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syarat-syarat kelas yang baik
(a) rapi,bersih,sehat, tidak lembab, (b) cukup cahaya yang meneranginya, (c)
sirkulasi udara cukup, (d) perabot dalam keadaan baik,cukup jumlah dan ditata
dengan rapi, dan (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.
2.1.3 Pengertian Konsepsi Lama dan Modern
Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai
upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas
adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tetap terhadap masalah dan
situasi manajemen kelas (Lois V. Jhonson dan Mary Bany, 1970)
2.1.4
Pengertian Manajemen Kelas Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional
Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber 1986 )
2.1.4.1 Seperangkat kegiatan guru
untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui
penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter).
2.1.4.2 Seperangkat kegiatan guru
untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi
(Pendekatan Intimidasi).
2.1.4.3 Seperangkat kegiatan guru
untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan Permisif).
2.1.4.4 Seperangkat kegiatan guru
menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan
(Pendekatan Masak).
2.1.4.5 Seperangkat kegiataan guru
untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran
yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (Pendekatan Instruksional).
2.1.4.6 Seperangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan
mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (Pendekatan Pengubahan Tingkah
Laku).
2.1.4.7 Seperangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan hubungan interpersional yang baik dan iklim sosio-emosional
kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim Sosioemosional).
2.1.4.8 Seperangkat kegiatan guru
untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Pendekatan
Sistem Sosial)
2.1.5 Pengertian Manajemen Kelas Menurut Beberapa Ahli:
2.1.5.1
Menurut Barbara L. Wilt dalam Alben Ambarita (2006: 35)
Manajemen
kelas sebagai penggunaan tata cara, untuk memastikan sebuah lingkungan
mendukung terlaksananya pembelajaran dengan sukses. Pengelolaan kelas tidak sekedar
bagaimana mengatur ruang kelas dengan segala sarana prasarananya, tetapi juga
menyangkut interaksi dari pribadi-pribadi yang ada di dalamnya.
2.1.5.2
Menurut Novan Ardy Wiyani (2013: 59)
Manajemen
kelas adalah keterampilan guru sebagai seorang leader sekaligus manajer dalam
menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk meraih keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.
2.1.5.3
Menurut Emmer dan Thomas
Manajemen
kelas sebagai seperangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk
menarik perilaku peserta didik yang wajar, pantas, dan layak serta usaha meminimalkan
gangguan
2.1.5.4
Menurut Maman Rachman (1997: 5)
Manajemen
kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan
memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan-tujuan
belajarnya secara efisien, atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
2.1.5.5
Menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen
Manajemen
kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis.
Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, mewujudkan situasi atau
kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran
berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Rasdi Ekosiswoyo dan
Maman Rachman, 2000: 10-11).
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas
adalah serangkaian kegiatan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
2.2
Tujuan Manajemen Kelas
2.2.1
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.2.2
Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi pembelajaran.
2.2.3
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelek siswa dalam belajar.
2.2.4
Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat
individunya. Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, (1996).
Tujuan
manajemen kelas adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman,
menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan tenang, memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk
prilaku berbudaya dan berakhlak mulia.
2.3 Penyebab Terjadinya Masalah Manajemen Kelas
Penyebab timbulnya masalah dalam manajemen kelas dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
2.3.1 Faktor Siswa
Kekurang sadaran siswa dalam memenuhi tugas dan haknya
sebagai anggota kelas merupakan faktor utama penyebab masalah manajemen kelas. Dalam manajemen kelas terdapat dua masalah yang
berasal dari siswa yang dapat ditemui di dalam kelas yaitu yang bersifat
individual dan yang bersifat kelompok.
2.3.1.1 Masalah yang bersifat individual
Masalah individual adalah masalah yang ditimbulkan
oleh perorangan siswa. Penggolongan masalah ini berdasarkan atas anggapan dasar
bahwa tingkah laku manusia mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Apabila
seseorang individual gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya
berharga, maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Jika diklasifikasikan
masalah individual ini dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
2.3.1.1.1 Attention getting behaviours (pola perilaku
mencari perhatian)
Masalah ini biasanya timbul berupa perilaku
mengalihkan perhatian guru atau siswa lainnya dari pembelajaran yang sedang
berlangsung. Hal ini disebabkan, karena siswa tersebut gagal menempatkan
dirinya secara wajar dalam hubungan sosial yang saling menerima (biasanya
secara aktif maupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain.
Tingkah laku yang menganggu ketenangan dengan mencari perhatian secara aktif
dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membuat
onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya (tukang rewel).
Sedangkan tingkah laku yang menggangu ketenangan dengan mencari perhatian
secara pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus
meminta bantuan orang lain.
2.3.1.1.2 Power seeking behaviours (pola perilaku
menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Masalah ini biasanya timbul berupa perilaku yang
berusaha mengendalikan guru dan siswa lainnya dengan memperlihatkan kekuatannya.
Tingkah laku yang mencari kekuasaan sama dengan pola perilaku mencari
perhatian, tetapi pola perilaku mencari kekuasaan ini lebih mendalam. Pola
perilaku pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan
adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang
lain, dan meanunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Sedangkan, pola
perilaku pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang menonjolkan
kemalasanya sehingga tidak melakukan apapun. Anak-anak ini sangat pelupa, keras
kepala, dan secara pasif tidak memperlihatka ketidakpatuhan.
2.3.1.1.3 Revenge seeking behaviours (pola perilaku menunjukkan
balas dendam)
Masalah ini biasanya timbul karena siswa yang menuntut
balas mengalami frustasi yang sangat dalam dan tidak menyadari bahwa dia
sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan,
penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama
siswa, petugas atau guru, ataupun binatang sering dilakukan anak-anak ini.
Anak-anak ini akan merasa sakit jika dikalahkan, dan mereka bukan pemain yang
baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya
lebih suka bertindak aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang
bersifat aktif dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedangkan
anak-anak yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh
(suka menentang).
2.3.1.1.4 Helplessness (peragaan ketidakmampuan)
Masalah seperti ini biasanya timbul berupa perilaku
yang enggan dan malas melakukan tugas yang diperintah guru serta selalu
mengandalkan bantuan guru dan siswa lainnya. Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan
pada dasarnya merasa sangat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang
diinginkannya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan
yang menghadangnya, bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya
hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong
ini biasannya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri,
sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu bersifat pasif.
2.3.1.2 Masalah bersifat kelompok
Masalah kelompok adalah masalah yang ditimbulkan oleh
kelompok siswa tertentu. Jika diklasifikasikan adanya tujuh masalah kelompok
dalam kaitannya
dengan manajemen kelas, yaitu:
2.3.1.2.1 Kurangnya kekompakan : Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan
(konflik) diantara para anggota kelompok.Konflik antara siswa-siswa dari
kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori
kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak
kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan
dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa tidak senang dengan
kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang
mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.
2.3.1.2.2 Kesulitan mengikuti peraturan kelompok : Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak
mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua
muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal
pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau
mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat
duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria
dan lain-lain.
2.3.1.2.3 Reaksi negatif terhadap sesama
anggota kelompok : Reaksi negatif terhadap
anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan
terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota
kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang
menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap
“menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan
kelompok.
2.3.1.2.4 Penerimaan kelas (kelompok)
atas tingkah laku yang menyimpang :
Penerimaan kelompok (kelas)
atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong
timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari
norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah perbuatan
memperolok-olokan, misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah
berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.
2.3.1.2.5 Kegiatan anggota atau kelompok
yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan
kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja. Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam
kelancaran kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu
mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau
bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok
itu. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena
mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana
diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
2.3.1.2.6 Kurangnya semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku
agresif atau protes. Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila
kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu
dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan penjelasan yang
terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas
rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena
gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau
keengganan bekerja. Pada umumnya protes dan
keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara
terbuka biasanya jarang terjadi.
2.3.1.2.7 Ketidakmampuan menyesuaikan
diri terhadap perubahan lingkungan. Ketidakmampuan menyesuaikan
diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak
wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan
kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan
jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi
sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu
ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai
ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering
terjadi ialah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti,
padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
Peserta didik harus sadar bahwa jika menganggu temannya
yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota
masyarakat dalam kelas dan tidak menghormati hak peserta didik lain untuk
mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan belajar mengajar. Pembiasaan
yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib yang disetujui dan diterima
bersama oleh sekolah dan peserta didik (dengan penuh kesadaran) akan membawa
peserta didik kearah yang baik.
2.3.1.3 Upaya pemecahan
masalah dari faktor siswa
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri,
tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor
utama yang dilakukan guru, tidak lain adalah untuk meningkatkan semangat siswa
baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya
kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi
yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka
pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179). Dalam menghadapi
masalah-masalah manajemen kelas guru dapat menerapkan berbagai pendekatan,
yaitu:
2.3.5.1 Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan
mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang
menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan
norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk
norma itu guru mendekatinya.
2.3.5.2 Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan
kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak
didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara
memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
2.3.5.3 Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu
anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana
saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
2.3.5.4 Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi
satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh
dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di
kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan
oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam
resep.
2.3.5.5 Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam
suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku
anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini
menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan
tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.
2.3.5.6 Pendekatan Perubahan Tingkah
Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan
sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru
adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah
laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior
modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya
tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai
penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau
guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku
yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah
yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam
melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan
perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
2.3.5.7 Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal
apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan
tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa.
Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh
karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui
pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terciptanya hubungan guru
dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap
melindungi.
2.3.5.8 Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong
perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok
memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat
menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru
harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan
mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
2.3.5.9 Pendekatan Elektis atau
Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini
menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas
dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang
dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan
salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau
ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan
pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan
suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan
efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai
dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas
disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar
berjalan secara efektif dan efisien.
2.3.2 Faktor Guru
Beberapa faktor
penyebab timbulnya masalah dalam manajemen kelas yang berasal dari guru
diantaranya:
2.3.2.1
Tipe
kepemimpinan guru yang otoriter
Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola proses belajar
mengajar yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap agresif
atau pasif dari murid-murid. Kedua sikap murid ini merupakan sumber masalah
manajemen kelas. Sehingga guru harus memiliki tipe kepemimpinan yang demokratis
dan juga otoritatif, karena dengan kepemimpinan guru yang demoratis lebih
memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan murid dengan dasar saling
memahami dan saling mempercayai. Sedangkan kepemimpinan guru yang otoritatif
dalam hal memerintah atau memberi anjuran lebih efekif, karena guru yang
otoritatif lebih disegani oleh para siswa dan dipandang sebagai pemegang
otoritas ilmu pengetahuam vaknya.
2.3.2.2
Format
belajar mengajar yang monoton
Format belajar mengajar yang monoton akan menimbulkan
kebosanan bagi siswa. Format belajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan
para siswa bosan, kecewa, frustasi/kecewa dan hal ini merupakan pelanggaran
disiplin. Oleh karena itu, guru harus mampu menguasai berbagai jenis variasi
dalam mengajar seperti penggunaan strategi pembelajaran maupun metode
pembelajaran pada setiap mata pelajaranyang berbeda-beda.
2.3.2.3
Kepribadian
guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersikap
adil, hangat, objektif dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang
menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Sikap yang bertentangan dengan
kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah manajemen bagi siswa.
2.3.2.4
Pemahaman
guru tentang peserta didik
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah
laku siswa dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru
dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya. Mungkin karena tidak tahu
caranya ataupun karena beban mengajar guru yang banyak dengan mengajar di
berbagai sekolah sehingga guru datang ke sekolah semata-mata untuk mengajar.
Oleh karena itu, untuk meminimalis penyebab masalah manajemen kelas guru harus
dapat mencari informasi dan memahami tingkah laku (karakter) siswa serta
mengetahui latar belakang siswa tersebut baik dari ekonominya, sosialnya dan
budayanya. Dan jika guru tersebut memiliki beban mengajar yang banyak, guru
tersebut harus mampu memanajemen waktunya dengan baik sesuai dengan keputusanya
yang mengambil atau sesuai dengan kemampuanya memiliki beban mengajar yang
banyak di berbagai sekolah.
2.3.2.5
Pengetahuan
guru
Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah manajemen
dan pendekatan manajemen baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis.
Mendiskusikan, masalah ini dengan teman sejawat akan membantu dalam
meningkatkan keterampilan memanajemen kelas dalam proses belajar mengajar.
2.3.3 Faktor keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan
cermin keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari
tingkah peserta didk yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan
ada peserta didik penggangu dan pembuat ribut. Mereka biasanya berasal dari
keluarga yang tidak utuh atau kacau.
Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga,
seperti tidak disiplin, tidak tertib, kebebasan yang berlebihan ataupun
dikekang berlebihan latar belakang yang menyebabkan siswa melanggar disiplin di kelas.
Jelaslah sudah bahwa bila tuntutan di kelas atau sekolah berbeda jauh dengan
kondisi kehidupan keluarga yang merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta
didik untuk menyesuaikan diri. Salah satu penyesuaian peserta didik terhadap
situsai kelas merupakan masalah manajemen. Di sini pula letak pentingnya kerja
sama yang seimbang antara sekolah dan rumah (orang tua) agar terdapat
kesesuaian antara situasi dan tuntutan kelas. Kerja sama antara sekolah dan
orang tua dapat dilakukan dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh komite sekolah.
2.3.4 Faktor
fasilitas
Faktor
fasilitas merupakan masalah yang menghambat dalam manajemen kelas. Faktor
tersebut meliputi:
2.3.4.1 Kelas
yang jumlah peserta didiknya banyak sulit dikelola. Misalnya, jumlah peserta
didik dalam satu kelas di SD yang melebihi 40 orang peserta didik merupakan
masalah tersendiri dalam pengelolaan. Solusi dalam masalah ini yaitu guru harus
menerapkan berbagai pendekatan dalam memanajemen kelas serta dalam kegiatan
belajar mengajar dapat menggunakan microphone atau pun dengan suara yang lebih
nyaring agar semua siswa dapat mendapatkan materi dengan baik.
2.3.4.2 Kecilnya ruangan kelas dibandingkan dengan
jumlah peserta didik dan kebutuhan peserta didik untuk bergerak dalam kelas
merupakan hambatan lain bagi pengelolaan. Demikian pula halnya dengan jumlah
ruangan yang kurang dibandingkan dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan
khusus yang dibutuhkan seperti laboratorium, auditorium, ruang kesenian, ruang
gambar, ruang oleahraga, dan sebagainya memerlukan penanganan sendiri.
Solusinya yaitu dengan menggunakan ruangan tersebut seoptimal mungkin.
2.3.4.3 Ketersediaan alat, jumlah buku yang kurang
atau alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkan akan
menimbulkan masalah pengelolaan dalam kelas. Solusinya adalah dengan
menggunakan alat tersebut seoptimal dapat dengan cara 1 alat digunakan 2-3
orang.
2.3.4.4 Kelas yang kotor dapat menganggu proses
belajar mengajar. Oleh karena itu, dibuat piket kelas agar kelas menjadi bersih
dan siswa dapat belajar di kelas dengan tenang dan baik.
2.3.4.5 Kemajuan teknologi yang sangat pesat membuat
semua orang dapat mengoperasikannya. Begitu pula pada anak-anak, hal ini dapat
menjadi masalah jika siswa membawa HP dalam kelas dan memainkannya selama
proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru dapat membuat peraturan jika
dilarang menggunakan HP selama pembelajaran atau dengan kerja sama antar
sekolah dan orang tua bahwa dilarang membawa HP ke sekolah.
2.4 Ruang Lingkup Manajemen
Kelas
2.4.1
Manajemen kurikulum
Kurikulum adalah suatu cakupan
kerja yang digunakan oleh seorang guru
sebagai pedoman yang akan dicapai didalam proses belajar mengajar. Jadi
manajemen kurikulum adalah sebuah
perencanaan atau pengarahan untuk menyelesaikan kurukulum tersebut.
2.4.2
Manajemen peserta didik
Peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia baik dari jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jadi,
manajemen peserta didik adalah suatu proses kegiatan yang rencanakan dan
diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh
peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti
PBM dengan efektif dan efesien , UUSPN (2003 )
2.4.3
Kegiatan akademik
Kegiatan akademik dikategorikan sebagai kegiatan
PBM (teaching), diantaranya membuat persiapan sebelum mengajar, melaksanakan
pengajaran yang telah dipersiapkan, dan menilai sejauh mana pelajaran yang
sudah disajikan itu berhasil dan dikuasai peserta didik.
2.4.4
Kegiatan administratif
Kegiatan
administratif dikategorikan sebagai
kegiatan "non teaching" sebagai
kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan guru bagi kelancaran mengajarnya
seperti kegiatan-kegiatan prosedural, dan kegiatan
organisasional.
Manajemen kelas memiliki ruang
lingkup yang dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
2.4.5
Fisik, pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik
mencakup pengaturan siswa dalam belajar, ruang belajar, dan perabot kelas.
2.4.6
Non fisik pengelolaan kelas yang memfokuskan pada aspek interaksi siswa
dengan siswa lainnya, siswa dengan guru dan lingkungan kelas atau sekolahnya
sebelum, selama, dan setelah pembelajaran. Atas dasar ini aspek psikologis, sosial, dan hubungan interpersonal perlu diperhatikan. Imam
gunawan (2009).
2.5
Implementasi
Manajemen Kelas di SD
Dalam memanajemen kelas yang efektif
dalam meningkatkan pembelajaran di kelas. Guru harus memiliki perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Dalam menerapkan manajemen kelas
di SD pada kelas V, guru harus mengetahui karakteristik dari siswa SD terlebih
dahulu. Pada umumnya usia anak-anak SD yaitu 6-12 tahun, usia ini anak memiliki
karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok,
dan senang merasakan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru harus mampu
mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa
bergerak atau berpindah, belajar dan bekerja dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Suryosubroto
(Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 124-125) menganggap bahwa usia sekolah sebagai
masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian
bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa
sebelum dan sesudahnya. Pada SD kelas V
termasuk dalam kelas tinggi. Menurutnya karakteristik dari kelas tinggi yaitu:
2.5.1
Adanya minat terhadap kehidupan
praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan
untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
2.5.2
Amat realistik, ingin tahu, dan
ingin belajar.
2.5.3
Menjelang akhir masa ini telah ada
minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
2.5.4
Sampai kira-kira umur 11 tahun anak
membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.
2.5.5
Anak-anak pada masa ini gemar
membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam
permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada peraturan
permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Oleh karena itu, guru harus melakukan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam kelas agar
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran biasanya terdapat
pada silabus pada bagian indikator pencapaian kompetensi. Perencanaan dalam
proses pembelajaran terdapat pada RPP yang dibuat dan untuk memperlancar proses
belajar mengajar dapat merencana penataan dan pengelolaan lingkungan belajar di
kelas.
Kemudian, pengorganisasian manajemen kelas dapat guru
lakukan dengan melibatkan siswa seperti pembentukan struktur organisasi kelas
yang memilih ketua kelas, wakil ketua kelas, sekertaris, dan bendahara.
Pembentukan struktur organisasi kelas bertujuan agar anak dapat bertanggung
jawab pada tugas yang telah dipercayai padanya, begitu pula piket harian dibuat
agar kelas menjadi bersih dan nyaman dalam belajar.
Selanjutnya, guru melakukan manajemen kelas sesuai
dengan rencana yang telah dibuat dengan melibatkan pengorganisasian yang telah
ditentukan. Dalam proses pembelajaran guru dapat menerapkan atau menggunakan
strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang berbeda pada setiap pertemuan
maupun mata pelajaran yang sesuai, agar siswa tidak bosan dalam belajar,
tertarik dalam pembelajaran dan mempunyai keingintahuan dalam materi yang
diajarkan. Sesuai dengan karakteristik siswa kelas V yang telah
ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus. Guru harus membimbing siswa dalam belajar dan memberikan
motivasi belajar, agar siswa tersebut tidak mengabaikan mata pelajaran yang
tidak diminatinya.
Pembelajaran yang efektif membutuhkan kelas yang
kondusif. Walaupun guru telah memiliki strategi dalam belajar namun akan
menjadi tidak efektif bila tidak didukung dengan kelas yang kondusif. Oleh
karena itu, guru harus menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas sehingga menyenangkan, aman
dan mendorong siswa terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Denah
tempat duduk formasi tradisional
Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa kita
temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk
berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun, model ini sangat memiliki
keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada di kelas terutama di belakang
sering terganggu. Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa. Kelebihan formasi
ini siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas tampak lebih teratur dam rapi,
dan guru dapat mengawasi dari depan. Sedangkan kekuranganya, guru biasanya
kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siswa yang tempat duduknya
dibelakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal. Oleh karena itu guru
harus menguasai kelas dalam pembelajaran. Anak yang rabun jauh dapat duduk di
depan sedangkan untuk anak yang memiliki badan yang besar dan mata normal dapat
duduk di belakang atau di samping dinding.
Gambar
ruang kelas bagian depan
Gambar
ruang kelas bagian samping
Gambar ruang kelas bagian belakang
Hiasaan dinding tersebut dapat dibuat oleh siswa yang
dibimbing oleh guru. Dengan melibatkan siswa, maka siswa dapat berkreativitas,
belajar dan bekerja kelompok serta mereka senang terlibat langsung dalam
menghias kelas. Ventilasi dan penerangan di kelas dapat juga menciptakan
suasana belajar yang nyaman, walaupun guru sulit untuk mengatur hal tersebut.
Oleh karena itu ventilasi harus menjamin kesehatan siswa. untuk penyimpanan
barang-barang dapat disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai karena dapat
segera diperlukan dan diperlukan untuk kepentingan belajar. Peletakan
penyimpanan barang-barang tersebut diletakan pada tempat yang tidak menggangu
gerak kegiatan siswa. Untuk peralatan kebersihan kelas dapat diletakkan di
belakang pintu kelas dan untuk alat-alat dalam pembelajaran dapat disimpan pada
lemari yang ada di kelas. Dan guru dapat membuat peraturan di dalam kelas agar
proses pembelajaran belajar dengan baik dan tercipta lingkungan kelas yang
kondusif.
Gambar hiasaan
dinding peraturan kelas
Dan terakhir guru sebagai pengawas dalam pembelajaran
dan kondisi lingkungan kelas yang kondusif. Jika ada penyimpangan maupun
masalah dalam hal pembelajaran maupun manajemen kelas guru harus sigap
mengatasi hal tersebut. Begitu juga untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif seperti peralatan kelas dan penyimpanan barang dalam hal keamanan.
Baik dari pencurian maupun barang-barang yang mudah meledak atau terbakar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk
menciptakan situasi kelas yang kondusif dalam rangka pencapaian tujuan
pembelajaran yang optimal. Tujuan manajemen kelas adalah untuk menciptakan
lingkungan belajar yang nyaman, menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan tenang, memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk prilaku berbudaya dan berakhlak
mulia.
Penyebab terjadinya masalah manajemen kelas dapat
disebabkan oleh faktor siswa. guru, keluarga, dan fasilitas dalam menghadapi masalah-masalah
manajemen kelas guru dapat mengatasi masalah tersebut dengan melalui pendekatan
kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep,
pendekatan pengajaraan, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan
sosio-emosional, pendekatan kerja kelompok, dan pendekatan elektis atau
pluralistik. Dan ruang lingkup manajemen kelas terdiri dari manajemen
kurikulum, manajemen peserta didik yang membentuk perilaku yang bermoral,
kegiatan akademik dan kegiatan administratif. Keterampilan guru dalam
memanajenen kelas menentukan keberhasilan pembelajaran.
3.2 Saran
Kita sebagai calon guru SD yang nantinya sebagai guru
kelas diharapkan dengan mempelajari dan mengetahui pengaturan kondisi dan
penciptaan iklim belajar yang menunjang, dapat menciptakan kondisi kelas baik
secara fisik, sosio-emosional, organisasional, dan kondisi administrasi teknik
yang menyenangkan atau memungkinkan sehingga para peserta didik dapat mencapai
tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai secara efisien dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyani,Fita
Dwi.2014. Makalah Pengertian Dan Tujuan
Manajemen. Diakses tanggal 5 Nopember 2016
Hasan.
2015. Masalah-Masalah Dalam Manajemen
Kelas Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Diakses tanggal 5 Nopember 2016
Physics,Konoha. 2012. Masalah Dalam Manajemen Kelas. Diakses
tanggal 5 Nopember 2016
Anonim . 2011. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar Murid. Diakses
tanggal 8 Nopember 2016
Purwanti,Dheni.
2015. Manajemen
Kelas Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Danurejan Yogyakarta. Diakses tanggal 25 Nopember
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Manajemen kelas merupakan aspek
pendidikan yang menjadi perhatian utama bagi calon guru dan guru yang telah
berpengalaman sekalipun. Calon guru dan guru yang berpengalaman sekalipun
menginginkan peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan peserta didik
dapat menerimanya dengan baik.
Salah satu ciri guru yang
profesional adalah guru mampu mengelola kelas dengan baik. Dengan menciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen
kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya
menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk
belajar dengan baik.
Dalam kegiatan di kelas segala aspek
pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan segala kemampuannya, murid
dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala
komponennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala
perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi
di dalam kelas.
Manajemen kelas
diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa
selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin
terjadi persaingan yang sehat dalam
kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Oleh
karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang manajemen kelas secara
mendalam.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa pengertian manajemen kelas?
1.2.2
Apa saja tujuan manajemen kelas?
1.2.3
Apa saja penyebab terjadinya masalah manajemen kelas?
1.2.4
Bagaiamana ruang lingkup manajemen kelas?
1.2.5
Bagaimana implementasi manajemen kelas di SD?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mengetahui pengertian manajemen kelas
1.3.2
Mengetahui tujuan manajemen kelas
1.3.3
Mengetahui penyebab terjadinya masalah manajemen
kelas
1.3.4
Mengetahui ruang lingkup manajemen kelas
1.3.5
Mengetahui implementasi manajemen kelas di SD
1.4 Manfaat
1.4.1
Menambah pengetahuan
tentang pengertian manajemen
kelas
1.4.2
Menambah pengetahuan tentang tujuan manajemen kelas
1.4.3
Menambah pengetahuan tentang penyebab terjadinya masalah manajemen kelas
1.4.4
Menambah wawasan tentang ruang lingkup manajemen kelas
1.4.5
Menambah wawasan tentang implementasi manajemen kelas di SD
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Manajemen Kelas
2.1.1 Pengertian
Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari
kata manus yang berarti tangan dan agree berarti
melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang
artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management,
dan manager untuk melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2004).
Sebagaimana yang diuraikan oleh Usman, bahwa manajemen
menurut Mary Parker, adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan
melalui orang lain. Definisi dari Mary ini mengandung perhatian pada kenyataan
bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur
orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu,
bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri. Itulah
manajemen,
Sejathi menguraikan bahwa, “arti dari manajemen adalah
pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara
efektif untuk mencapai tujuan/ sasaran yang diinginkan”. Dengan begitu,
pengelolaan/ manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang
dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Sementara itu,
pengertian manajemen menurut Terry adalah suatu proses atau kerangka
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke
arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga
adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan kecakapan
yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan manajemen.
Lain halnya menurut Stoner & Freeman,
manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, manajemen adalah manajemen
adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan
cara bekerja secara bersama sama dengan orang - orang dan sumber daya yang
dimiliki organisasi."
2.1.2 Pengertian Kelas
Pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok
siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama
pula. Sementara, kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua
pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi siswa.
Nawawi memandang kelas dari dua sudut, (a) Kelas dalam arti
sempit yaitu, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa
berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian ini,
mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut
tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis
masing-masing. (b) Kelas dalam arti luas yaitu suatu masyarakat kecil yang
merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan
diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Sementara iru, menurut Hamalik ”kelas adalah suatu
kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran
dari guru” . Sedangkan menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan
belajar dan atau rombongan belajar”. Sulaeman (2009) mengartikan bahwa kelas
dalam arti umum menunjukkan kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada
waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.
Kelas dalam arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian adalah
suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi
unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.
Menurut Hamiseno (2009) kelas adalah ruangan yang
digunakan untuk proses belajar mengajar yang efektif dan menguntungkan serta
dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Kelas
merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa untuk
tumbuh dan berkembangnya potensi intelektual dan emosional. Mengingat
kelas hendaknya dimanajemen sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan
belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syarat-syarat kelas yang baik
(a) rapi,bersih,sehat, tidak lembab, (b) cukup cahaya yang meneranginya, (c)
sirkulasi udara cukup, (d) perabot dalam keadaan baik,cukup jumlah dan ditata
dengan rapi, dan (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.
2.1.3 Pengertian Konsepsi Lama dan Modern
Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai
upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas
adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tetap terhadap masalah dan
situasi manajemen kelas (Lois V. Jhonson dan Mary Bany, 1970)
2.1.4
Pengertian Manajemen Kelas Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional
Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber 1986 )
2.1.4.1 Seperangkat kegiatan guru
untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui
penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter).
2.1.4.2 Seperangkat kegiatan guru
untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi
(Pendekatan Intimidasi).
2.1.4.3 Seperangkat kegiatan guru
untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan Permisif).
2.1.4.4 Seperangkat kegiatan guru
menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan
(Pendekatan Masak).
2.1.4.5 Seperangkat kegiataan guru
untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran
yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (Pendekatan Instruksional).
2.1.4.6 Seperangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan
mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (Pendekatan Pengubahan Tingkah
Laku).
2.1.4.7 Seperangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan hubungan interpersional yang baik dan iklim sosio-emosional
kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim Sosioemosional).
2.1.4.8 Seperangkat kegiatan guru
untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Pendekatan
Sistem Sosial)
2.1.5 Pengertian Manajemen Kelas Menurut Beberapa Ahli:
2.1.5.1
Menurut Barbara L. Wilt dalam Alben Ambarita (2006: 35)
Manajemen
kelas sebagai penggunaan tata cara, untuk memastikan sebuah lingkungan
mendukung terlaksananya pembelajaran dengan sukses. Pengelolaan kelas tidak sekedar
bagaimana mengatur ruang kelas dengan segala sarana prasarananya, tetapi juga
menyangkut interaksi dari pribadi-pribadi yang ada di dalamnya.
2.1.5.2
Menurut Novan Ardy Wiyani (2013: 59)
Manajemen
kelas adalah keterampilan guru sebagai seorang leader sekaligus manajer dalam
menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk meraih keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.
2.1.5.3
Menurut Emmer dan Thomas
Manajemen
kelas sebagai seperangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk
menarik perilaku peserta didik yang wajar, pantas, dan layak serta usaha meminimalkan
gangguan
2.1.5.4
Menurut Maman Rachman (1997: 5)
Manajemen
kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan
memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan-tujuan
belajarnya secara efisien, atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
2.1.5.5
Menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen
Manajemen
kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis.
Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, mewujudkan situasi atau
kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran
berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Rasdi Ekosiswoyo dan
Maman Rachman, 2000: 10-11).
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas
adalah serangkaian kegiatan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
2.2
Tujuan Manajemen Kelas
2.2.1
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.2.2
Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi pembelajaran.
2.2.3
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelek siswa dalam belajar.
2.2.4
Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat
individunya. Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, (1996).
Tujuan
manajemen kelas adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman,
menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan tenang, memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk
prilaku berbudaya dan berakhlak mulia.
2.3 Penyebab Terjadinya Masalah Manajemen Kelas
Penyebab timbulnya masalah dalam manajemen kelas dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
2.3.1 Faktor Siswa
Kekurang sadaran siswa dalam memenuhi tugas dan haknya
sebagai anggota kelas merupakan faktor utama penyebab masalah manajemen kelas. Dalam manajemen kelas terdapat dua masalah yang
berasal dari siswa yang dapat ditemui di dalam kelas yaitu yang bersifat
individual dan yang bersifat kelompok.
2.3.1.1 Masalah yang bersifat individual
Masalah individual adalah masalah yang ditimbulkan
oleh perorangan siswa. Penggolongan masalah ini berdasarkan atas anggapan dasar
bahwa tingkah laku manusia mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Apabila
seseorang individual gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya
berharga, maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Jika diklasifikasikan
masalah individual ini dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
2.3.1.1.1 Attention getting behaviours (pola perilaku
mencari perhatian)
Masalah ini biasanya timbul berupa perilaku
mengalihkan perhatian guru atau siswa lainnya dari pembelajaran yang sedang
berlangsung. Hal ini disebabkan, karena siswa tersebut gagal menempatkan
dirinya secara wajar dalam hubungan sosial yang saling menerima (biasanya
secara aktif maupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain.
Tingkah laku yang menganggu ketenangan dengan mencari perhatian secara aktif
dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membuat
onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya (tukang rewel).
Sedangkan tingkah laku yang menggangu ketenangan dengan mencari perhatian
secara pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus
meminta bantuan orang lain.
2.3.1.1.2 Power seeking behaviours (pola perilaku
menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Masalah ini biasanya timbul berupa perilaku yang
berusaha mengendalikan guru dan siswa lainnya dengan memperlihatkan kekuatannya.
Tingkah laku yang mencari kekuasaan sama dengan pola perilaku mencari
perhatian, tetapi pola perilaku mencari kekuasaan ini lebih mendalam. Pola
perilaku pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan
adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang
lain, dan meanunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Sedangkan, pola
perilaku pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang menonjolkan
kemalasanya sehingga tidak melakukan apapun. Anak-anak ini sangat pelupa, keras
kepala, dan secara pasif tidak memperlihatka ketidakpatuhan.
2.3.1.1.3 Revenge seeking behaviours (pola perilaku menunjukkan
balas dendam)
Masalah ini biasanya timbul karena siswa yang menuntut
balas mengalami frustasi yang sangat dalam dan tidak menyadari bahwa dia
sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan,
penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama
siswa, petugas atau guru, ataupun binatang sering dilakukan anak-anak ini.
Anak-anak ini akan merasa sakit jika dikalahkan, dan mereka bukan pemain yang
baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya
lebih suka bertindak aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang
bersifat aktif dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedangkan
anak-anak yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh
(suka menentang).
2.3.1.1.4 Helplessness (peragaan ketidakmampuan)
Masalah seperti ini biasanya timbul berupa perilaku
yang enggan dan malas melakukan tugas yang diperintah guru serta selalu
mengandalkan bantuan guru dan siswa lainnya. Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan
pada dasarnya merasa sangat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang
diinginkannya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan
yang menghadangnya, bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya
hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong
ini biasannya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri,
sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu bersifat pasif.
2.3.1.2 Masalah bersifat kelompok
Masalah kelompok adalah masalah yang ditimbulkan oleh
kelompok siswa tertentu. Jika diklasifikasikan adanya tujuh masalah kelompok
dalam kaitannya
dengan manajemen kelas, yaitu:
2.3.1.2.1 Kurangnya kekompakan : Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan
(konflik) diantara para anggota kelompok.Konflik antara siswa-siswa dari
kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori
kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak
kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan
dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa tidak senang dengan
kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang
mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.
2.3.1.2.2 Kesulitan mengikuti peraturan kelompok : Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak
mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua
muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal
pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau
mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat
duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria
dan lain-lain.
2.3.1.2.3 Reaksi negatif terhadap sesama
anggota kelompok : Reaksi negatif terhadap
anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan
terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota
kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang
menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap
“menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan
kelompok.
2.3.1.2.4 Penerimaan kelas (kelompok)
atas tingkah laku yang menyimpang :
Penerimaan kelompok (kelas)
atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong
timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari
norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah perbuatan
memperolok-olokan, misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah
berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.
2.3.1.2.5 Kegiatan anggota atau kelompok
yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan
kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja. Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam
kelancaran kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu
mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau
bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok
itu. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena
mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana
diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
2.3.1.2.6 Kurangnya semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku
agresif atau protes. Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila
kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu
dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan penjelasan yang
terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas
rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena
gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau
keengganan bekerja. Pada umumnya protes dan
keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara
terbuka biasanya jarang terjadi.
2.3.1.2.7 Ketidakmampuan menyesuaikan
diri terhadap perubahan lingkungan. Ketidakmampuan menyesuaikan
diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak
wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan
kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan
jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi
sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu
ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai
ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering
terjadi ialah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti,
padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
Peserta didik harus sadar bahwa jika menganggu temannya
yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota
masyarakat dalam kelas dan tidak menghormati hak peserta didik lain untuk
mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan belajar mengajar. Pembiasaan
yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib yang disetujui dan diterima
bersama oleh sekolah dan peserta didik (dengan penuh kesadaran) akan membawa
peserta didik kearah yang baik.
2.3.1.3 Upaya pemecahan
masalah dari faktor siswa
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri,
tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor
utama yang dilakukan guru, tidak lain adalah untuk meningkatkan semangat siswa
baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya
kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi
yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka
pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179). Dalam menghadapi
masalah-masalah manajemen kelas guru dapat menerapkan berbagai pendekatan,
yaitu:
2.3.5.1 Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan
mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang
menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan
norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk
norma itu guru mendekatinya.
2.3.5.2 Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan
kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak
didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara
memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
2.3.5.3 Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu
anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana
saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
2.3.5.4 Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi
satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh
dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di
kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan
oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam
resep.
2.3.5.5 Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam
suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku
anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini
menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan
tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.
2.3.5.6 Pendekatan Perubahan Tingkah
Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan
sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru
adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah
laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior
modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya
tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai
penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau
guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku
yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah
yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam
melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan
perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
2.3.5.7 Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal
apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan
tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa.
Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh
karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui
pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terciptanya hubungan guru
dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap
melindungi.
2.3.5.8 Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong
perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok
memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat
menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru
harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan
mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
2.3.5.9 Pendekatan Elektis atau
Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini
menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas
dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang
dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan
salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau
ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan
pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan
suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan
efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai
dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas
disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar
berjalan secara efektif dan efisien.
2.3.2 Faktor Guru
Beberapa faktor
penyebab timbulnya masalah dalam manajemen kelas yang berasal dari guru
diantaranya:
2.3.2.1
Tipe
kepemimpinan guru yang otoriter
Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola proses belajar
mengajar yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap agresif
atau pasif dari murid-murid. Kedua sikap murid ini merupakan sumber masalah
manajemen kelas. Sehingga guru harus memiliki tipe kepemimpinan yang demokratis
dan juga otoritatif, karena dengan kepemimpinan guru yang demoratis lebih
memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan murid dengan dasar saling
memahami dan saling mempercayai. Sedangkan kepemimpinan guru yang otoritatif
dalam hal memerintah atau memberi anjuran lebih efekif, karena guru yang
otoritatif lebih disegani oleh para siswa dan dipandang sebagai pemegang
otoritas ilmu pengetahuam vaknya.
2.3.2.2
Format
belajar mengajar yang monoton
Format belajar mengajar yang monoton akan menimbulkan
kebosanan bagi siswa. Format belajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan
para siswa bosan, kecewa, frustasi/kecewa dan hal ini merupakan pelanggaran
disiplin. Oleh karena itu, guru harus mampu menguasai berbagai jenis variasi
dalam mengajar seperti penggunaan strategi pembelajaran maupun metode
pembelajaran pada setiap mata pelajaranyang berbeda-beda.
2.3.2.3
Kepribadian
guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersikap
adil, hangat, objektif dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang
menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Sikap yang bertentangan dengan
kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah manajemen bagi siswa.
2.3.2.4
Pemahaman
guru tentang peserta didik
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah
laku siswa dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru
dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya. Mungkin karena tidak tahu
caranya ataupun karena beban mengajar guru yang banyak dengan mengajar di
berbagai sekolah sehingga guru datang ke sekolah semata-mata untuk mengajar.
Oleh karena itu, untuk meminimalis penyebab masalah manajemen kelas guru harus
dapat mencari informasi dan memahami tingkah laku (karakter) siswa serta
mengetahui latar belakang siswa tersebut baik dari ekonominya, sosialnya dan
budayanya. Dan jika guru tersebut memiliki beban mengajar yang banyak, guru
tersebut harus mampu memanajemen waktunya dengan baik sesuai dengan keputusanya
yang mengambil atau sesuai dengan kemampuanya memiliki beban mengajar yang
banyak di berbagai sekolah.
2.3.2.5
Pengetahuan
guru
Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah manajemen
dan pendekatan manajemen baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis.
Mendiskusikan, masalah ini dengan teman sejawat akan membantu dalam
meningkatkan keterampilan memanajemen kelas dalam proses belajar mengajar.
2.3.3 Faktor keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan
cermin keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari
tingkah peserta didk yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan
ada peserta didik penggangu dan pembuat ribut. Mereka biasanya berasal dari
keluarga yang tidak utuh atau kacau.
Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga,
seperti tidak disiplin, tidak tertib, kebebasan yang berlebihan ataupun
dikekang berlebihan latar belakang yang menyebabkan siswa melanggar disiplin di kelas.
Jelaslah sudah bahwa bila tuntutan di kelas atau sekolah berbeda jauh dengan
kondisi kehidupan keluarga yang merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta
didik untuk menyesuaikan diri. Salah satu penyesuaian peserta didik terhadap
situsai kelas merupakan masalah manajemen. Di sini pula letak pentingnya kerja
sama yang seimbang antara sekolah dan rumah (orang tua) agar terdapat
kesesuaian antara situasi dan tuntutan kelas. Kerja sama antara sekolah dan
orang tua dapat dilakukan dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh komite sekolah.
2.3.4 Faktor
fasilitas
Faktor
fasilitas merupakan masalah yang menghambat dalam manajemen kelas. Faktor
tersebut meliputi:
2.3.4.1 Kelas
yang jumlah peserta didiknya banyak sulit dikelola. Misalnya, jumlah peserta
didik dalam satu kelas di SD yang melebihi 40 orang peserta didik merupakan
masalah tersendiri dalam pengelolaan. Solusi dalam masalah ini yaitu guru harus
menerapkan berbagai pendekatan dalam memanajemen kelas serta dalam kegiatan
belajar mengajar dapat menggunakan microphone atau pun dengan suara yang lebih
nyaring agar semua siswa dapat mendapatkan materi dengan baik.
2.3.4.2 Kecilnya ruangan kelas dibandingkan dengan
jumlah peserta didik dan kebutuhan peserta didik untuk bergerak dalam kelas
merupakan hambatan lain bagi pengelolaan. Demikian pula halnya dengan jumlah
ruangan yang kurang dibandingkan dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan
khusus yang dibutuhkan seperti laboratorium, auditorium, ruang kesenian, ruang
gambar, ruang oleahraga, dan sebagainya memerlukan penanganan sendiri.
Solusinya yaitu dengan menggunakan ruangan tersebut seoptimal mungkin.
2.3.4.3 Ketersediaan alat, jumlah buku yang kurang
atau alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkan akan
menimbulkan masalah pengelolaan dalam kelas. Solusinya adalah dengan
menggunakan alat tersebut seoptimal dapat dengan cara 1 alat digunakan 2-3
orang.
2.3.4.4 Kelas yang kotor dapat menganggu proses
belajar mengajar. Oleh karena itu, dibuat piket kelas agar kelas menjadi bersih
dan siswa dapat belajar di kelas dengan tenang dan baik.
2.3.4.5 Kemajuan teknologi yang sangat pesat membuat
semua orang dapat mengoperasikannya. Begitu pula pada anak-anak, hal ini dapat
menjadi masalah jika siswa membawa HP dalam kelas dan memainkannya selama
proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru dapat membuat peraturan jika
dilarang menggunakan HP selama pembelajaran atau dengan kerja sama antar
sekolah dan orang tua bahwa dilarang membawa HP ke sekolah.
2.4 Ruang Lingkup Manajemen
Kelas
2.4.1
Manajemen kurikulum
Kurikulum adalah suatu cakupan
kerja yang digunakan oleh seorang guru
sebagai pedoman yang akan dicapai didalam proses belajar mengajar. Jadi
manajemen kurikulum adalah sebuah
perencanaan atau pengarahan untuk menyelesaikan kurukulum tersebut.
2.4.2
Manajemen peserta didik
Peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia baik dari jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jadi,
manajemen peserta didik adalah suatu proses kegiatan yang rencanakan dan
diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh
peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti
PBM dengan efektif dan efesien , UUSPN (2003 )
2.4.3
Kegiatan akademik
Kegiatan akademik dikategorikan sebagai kegiatan
PBM (teaching), diantaranya membuat persiapan sebelum mengajar, melaksanakan
pengajaran yang telah dipersiapkan, dan menilai sejauh mana pelajaran yang
sudah disajikan itu berhasil dan dikuasai peserta didik.
2.4.4
Kegiatan administratif
Kegiatan
administratif dikategorikan sebagai
kegiatan "non teaching" sebagai
kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan guru bagi kelancaran mengajarnya
seperti kegiatan-kegiatan prosedural, dan kegiatan
organisasional.
Manajemen kelas memiliki ruang
lingkup yang dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
2.4.5
Fisik, pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik
mencakup pengaturan siswa dalam belajar, ruang belajar, dan perabot kelas.
2.4.6
Non fisik pengelolaan kelas yang memfokuskan pada aspek interaksi siswa
dengan siswa lainnya, siswa dengan guru dan lingkungan kelas atau sekolahnya
sebelum, selama, dan setelah pembelajaran. Atas dasar ini aspek psikologis, sosial, dan hubungan interpersonal perlu diperhatikan. Imam
gunawan (2009).
2.5
Implementasi
Manajemen Kelas di SD
Dalam memanajemen kelas yang efektif
dalam meningkatkan pembelajaran di kelas. Guru harus memiliki perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Dalam menerapkan manajemen kelas
di SD pada kelas V, guru harus mengetahui karakteristik dari siswa SD terlebih
dahulu. Pada umumnya usia anak-anak SD yaitu 6-12 tahun, usia ini anak memiliki
karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok,
dan senang merasakan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru harus mampu
mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa
bergerak atau berpindah, belajar dan bekerja dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Suryosubroto
(Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 124-125) menganggap bahwa usia sekolah sebagai
masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian
bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa
sebelum dan sesudahnya. Pada SD kelas V
termasuk dalam kelas tinggi. Menurutnya karakteristik dari kelas tinggi yaitu:
2.5.1
Adanya minat terhadap kehidupan
praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan
untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
2.5.2
Amat realistik, ingin tahu, dan
ingin belajar.
2.5.3
Menjelang akhir masa ini telah ada
minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
2.5.4
Sampai kira-kira umur 11 tahun anak
membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.
2.5.5
Anak-anak pada masa ini gemar
membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam
permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada peraturan
permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Oleh karena itu, guru harus melakukan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam kelas agar
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran biasanya terdapat
pada silabus pada bagian indikator pencapaian kompetensi. Perencanaan dalam
proses pembelajaran terdapat pada RPP yang dibuat dan untuk memperlancar proses
belajar mengajar dapat merencana penataan dan pengelolaan lingkungan belajar di
kelas.
Kemudian, pengorganisasian manajemen kelas dapat guru
lakukan dengan melibatkan siswa seperti pembentukan struktur organisasi kelas
yang memilih ketua kelas, wakil ketua kelas, sekertaris, dan bendahara.
Pembentukan struktur organisasi kelas bertujuan agar anak dapat bertanggung
jawab pada tugas yang telah dipercayai padanya, begitu pula piket harian dibuat
agar kelas menjadi bersih dan nyaman dalam belajar.
Selanjutnya, guru melakukan manajemen kelas sesuai
dengan rencana yang telah dibuat dengan melibatkan pengorganisasian yang telah
ditentukan. Dalam proses pembelajaran guru dapat menerapkan atau menggunakan
strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang berbeda pada setiap pertemuan
maupun mata pelajaran yang sesuai, agar siswa tidak bosan dalam belajar,
tertarik dalam pembelajaran dan mempunyai keingintahuan dalam materi yang
diajarkan. Sesuai dengan karakteristik siswa kelas V yang telah
ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus. Guru harus membimbing siswa dalam belajar dan memberikan
motivasi belajar, agar siswa tersebut tidak mengabaikan mata pelajaran yang
tidak diminatinya.
Pembelajaran yang efektif membutuhkan kelas yang
kondusif. Walaupun guru telah memiliki strategi dalam belajar namun akan
menjadi tidak efektif bila tidak didukung dengan kelas yang kondusif. Oleh
karena itu, guru harus menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas sehingga menyenangkan, aman
dan mendorong siswa terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Denah
tempat duduk formasi tradisional
Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa kita
temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk
berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun, model ini sangat memiliki
keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada di kelas terutama di belakang
sering terganggu. Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa. Kelebihan formasi
ini siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas tampak lebih teratur dam rapi,
dan guru dapat mengawasi dari depan. Sedangkan kekuranganya, guru biasanya
kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siswa yang tempat duduknya
dibelakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal. Oleh karena itu guru
harus menguasai kelas dalam pembelajaran. Anak yang rabun jauh dapat duduk di
depan sedangkan untuk anak yang memiliki badan yang besar dan mata normal dapat
duduk di belakang atau di samping dinding.
Gambar
ruang kelas bagian depan
Gambar
ruang kelas bagian samping
Gambar ruang kelas bagian belakang
Hiasaan dinding tersebut dapat dibuat oleh siswa yang
dibimbing oleh guru. Dengan melibatkan siswa, maka siswa dapat berkreativitas,
belajar dan bekerja kelompok serta mereka senang terlibat langsung dalam
menghias kelas. Ventilasi dan penerangan di kelas dapat juga menciptakan
suasana belajar yang nyaman, walaupun guru sulit untuk mengatur hal tersebut.
Oleh karena itu ventilasi harus menjamin kesehatan siswa. untuk penyimpanan
barang-barang dapat disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai karena dapat
segera diperlukan dan diperlukan untuk kepentingan belajar. Peletakan
penyimpanan barang-barang tersebut diletakan pada tempat yang tidak menggangu
gerak kegiatan siswa. Untuk peralatan kebersihan kelas dapat diletakkan di
belakang pintu kelas dan untuk alat-alat dalam pembelajaran dapat disimpan pada
lemari yang ada di kelas. Dan guru dapat membuat peraturan di dalam kelas agar
proses pembelajaran belajar dengan baik dan tercipta lingkungan kelas yang
kondusif.
Gambar hiasaan
dinding peraturan kelas
Dan terakhir guru sebagai pengawas dalam pembelajaran
dan kondisi lingkungan kelas yang kondusif. Jika ada penyimpangan maupun
masalah dalam hal pembelajaran maupun manajemen kelas guru harus sigap
mengatasi hal tersebut. Begitu juga untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif seperti peralatan kelas dan penyimpanan barang dalam hal keamanan.
Baik dari pencurian maupun barang-barang yang mudah meledak atau terbakar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk
menciptakan situasi kelas yang kondusif dalam rangka pencapaian tujuan
pembelajaran yang optimal. Tujuan manajemen kelas adalah untuk menciptakan
lingkungan belajar yang nyaman, menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan tenang, memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk prilaku berbudaya dan berakhlak
mulia.
Penyebab terjadinya masalah manajemen kelas dapat
disebabkan oleh faktor siswa. guru, keluarga, dan fasilitas dalam menghadapi masalah-masalah
manajemen kelas guru dapat mengatasi masalah tersebut dengan melalui pendekatan
kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep,
pendekatan pengajaraan, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan
sosio-emosional, pendekatan kerja kelompok, dan pendekatan elektis atau
pluralistik. Dan ruang lingkup manajemen kelas terdiri dari manajemen
kurikulum, manajemen peserta didik yang membentuk perilaku yang bermoral,
kegiatan akademik dan kegiatan administratif. Keterampilan guru dalam
memanajenen kelas menentukan keberhasilan pembelajaran.
3.2 Saran
Kita sebagai calon guru SD yang nantinya sebagai guru
kelas diharapkan dengan mempelajari dan mengetahui pengaturan kondisi dan
penciptaan iklim belajar yang menunjang, dapat menciptakan kondisi kelas baik
secara fisik, sosio-emosional, organisasional, dan kondisi administrasi teknik
yang menyenangkan atau memungkinkan sehingga para peserta didik dapat mencapai
tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai secara efisien dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyani,Fita
Dwi.2014. Makalah Pengertian Dan Tujuan
Manajemen. Diakses tanggal 5 Nopember 2016
Hasan.
2015. Masalah-Masalah Dalam Manajemen
Kelas Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Diakses tanggal 5 Nopember 2016
Physics,Konoha. 2012. Masalah Dalam Manajemen Kelas. Diakses
tanggal 5 Nopember 2016
Anonim . 2011. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar Murid. Diakses
tanggal 8 Nopember 2016
Purwanti,Dheni.
2015. Manajemen
Kelas Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Danurejan Yogyakarta. Diakses tanggal 25 Nopember
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Manajemen kelas merupakan aspek
pendidikan yang menjadi perhatian utama bagi calon guru dan guru yang telah
berpengalaman sekalipun. Calon guru dan guru yang berpengalaman sekalipun
menginginkan peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan peserta didik
dapat menerimanya dengan baik.
Salah satu ciri guru yang
profesional adalah guru mampu mengelola kelas dengan baik. Dengan menciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen
kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upaya
menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk
belajar dengan baik.
Dalam kegiatan di kelas segala aspek
pembelajaran bertemu dan berproses, guru dengan segala kemampuannya, murid
dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala
komponennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala
perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi
di dalam kelas.
Manajemen kelas
diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa
selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin
terjadi persaingan yang sehat dalam
kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Oleh
karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang manajemen kelas secara
mendalam.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa pengertian manajemen kelas?
1.2.2
Apa saja tujuan manajemen kelas?
1.2.3
Apa saja penyebab terjadinya masalah manajemen kelas?
1.2.4
Bagaiamana ruang lingkup manajemen kelas?
1.2.5
Bagaimana implementasi manajemen kelas di SD?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mengetahui pengertian manajemen kelas
1.3.2
Mengetahui tujuan manajemen kelas
1.3.3
Mengetahui penyebab terjadinya masalah manajemen
kelas
1.3.4
Mengetahui ruang lingkup manajemen kelas
1.3.5
Mengetahui implementasi manajemen kelas di SD
1.4 Manfaat
1.4.1
Menambah pengetahuan
tentang pengertian manajemen
kelas
1.4.2
Menambah pengetahuan tentang tujuan manajemen kelas
1.4.3
Menambah pengetahuan tentang penyebab terjadinya masalah manajemen kelas
1.4.4
Menambah wawasan tentang ruang lingkup manajemen kelas
1.4.5
Menambah wawasan tentang implementasi manajemen kelas di SD
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Manajemen Kelas
2.1.1 Pengertian
Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari
kata manus yang berarti tangan dan agree berarti
melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang
artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management,
dan manager untuk melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2004).
Sebagaimana yang diuraikan oleh Usman, bahwa manajemen
menurut Mary Parker, adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan
melalui orang lain. Definisi dari Mary ini mengandung perhatian pada kenyataan
bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur
orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu,
bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri. Itulah
manajemen,
Sejathi menguraikan bahwa, “arti dari manajemen adalah
pengelolaan, penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara
efektif untuk mencapai tujuan/ sasaran yang diinginkan”. Dengan begitu,
pengelolaan/ manajemen adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang
dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Sementara itu,
pengertian manajemen menurut Terry adalah suatu proses atau kerangka
kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke
arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga
adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan kecakapan
yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan manajemen.
Lain halnya menurut Stoner & Freeman,
manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, manajemen adalah manajemen
adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan
cara bekerja secara bersama sama dengan orang - orang dan sumber daya yang
dimiliki organisasi."
2.1.2 Pengertian Kelas
Pengertian umum mengenai kelas, yaitu sekelompok
siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama
pula. Sementara, kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua
pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi siswa.
Nawawi memandang kelas dari dua sudut, (a) Kelas dalam arti
sempit yaitu, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa
berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian ini,
mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut
tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis
masing-masing. (b) Kelas dalam arti luas yaitu suatu masyarakat kecil yang
merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan
diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Sementara iru, menurut Hamalik ”kelas adalah suatu
kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran
dari guru” . Sedangkan menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan
belajar dan atau rombongan belajar”. Sulaeman (2009) mengartikan bahwa kelas
dalam arti umum menunjukkan kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada
waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.
Kelas dalam arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian adalah
suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di organisasi menjadi
unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.
Menurut Hamiseno (2009) kelas adalah ruangan yang
digunakan untuk proses belajar mengajar yang efektif dan menguntungkan serta
dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Kelas
merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa untuk
tumbuh dan berkembangnya potensi intelektual dan emosional. Mengingat
kelas hendaknya dimanajemen sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan
belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syarat-syarat kelas yang baik
(a) rapi,bersih,sehat, tidak lembab, (b) cukup cahaya yang meneranginya, (c)
sirkulasi udara cukup, (d) perabot dalam keadaan baik,cukup jumlah dan ditata
dengan rapi, dan (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.
2.1.3 Pengertian Konsepsi Lama dan Modern
Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai
upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas
adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tetap terhadap masalah dan
situasi manajemen kelas (Lois V. Jhonson dan Mary Bany, 1970)
2.1.4
Pengertian Manajemen Kelas Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional
Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber 1986 )
2.1.4.1 Seperangkat kegiatan guru
untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui
penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter).
2.1.4.2 Seperangkat kegiatan guru
untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi
(Pendekatan Intimidasi).
2.1.4.3 Seperangkat kegiatan guru
untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan Permisif).
2.1.4.4 Seperangkat kegiatan guru
menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan
(Pendekatan Masak).
2.1.4.5 Seperangkat kegiataan guru
untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran
yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (Pendekatan Instruksional).
2.1.4.6 Seperangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan
mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (Pendekatan Pengubahan Tingkah
Laku).
2.1.4.7 Seperangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan hubungan interpersional yang baik dan iklim sosio-emosional
kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim Sosioemosional).
2.1.4.8 Seperangkat kegiatan guru
untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Pendekatan
Sistem Sosial)
2.1.5 Pengertian Manajemen Kelas Menurut Beberapa Ahli:
2.1.5.1
Menurut Barbara L. Wilt dalam Alben Ambarita (2006: 35)
Manajemen
kelas sebagai penggunaan tata cara, untuk memastikan sebuah lingkungan
mendukung terlaksananya pembelajaran dengan sukses. Pengelolaan kelas tidak sekedar
bagaimana mengatur ruang kelas dengan segala sarana prasarananya, tetapi juga
menyangkut interaksi dari pribadi-pribadi yang ada di dalamnya.
2.1.5.2
Menurut Novan Ardy Wiyani (2013: 59)
Manajemen
kelas adalah keterampilan guru sebagai seorang leader sekaligus manajer dalam
menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk meraih keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.
2.1.5.3
Menurut Emmer dan Thomas
Manajemen
kelas sebagai seperangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk
menarik perilaku peserta didik yang wajar, pantas, dan layak serta usaha meminimalkan
gangguan
2.1.5.4
Menurut Maman Rachman (1997: 5)
Manajemen
kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan
memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan-tujuan
belajarnya secara efisien, atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
2.1.5.5
Menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen
Manajemen
kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis.
Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, mewujudkan situasi atau
kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran
berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Rasdi Ekosiswoyo dan
Maman Rachman, 2000: 10-11).
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas
adalah serangkaian kegiatan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
2.2
Tujuan Manajemen Kelas
2.2.1
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.2.2
Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi pembelajaran.
2.2.3
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelek siswa dalam belajar.
2.2.4
Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat
individunya. Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, (1996).
Tujuan
manajemen kelas adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman,
menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan tenang, memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk
prilaku berbudaya dan berakhlak mulia.
2.3 Penyebab Terjadinya Masalah Manajemen Kelas
Penyebab timbulnya masalah dalam manajemen kelas dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
2.3.1 Faktor Siswa
Kekurang sadaran siswa dalam memenuhi tugas dan haknya
sebagai anggota kelas merupakan faktor utama penyebab masalah manajemen kelas. Dalam manajemen kelas terdapat dua masalah yang
berasal dari siswa yang dapat ditemui di dalam kelas yaitu yang bersifat
individual dan yang bersifat kelompok.
2.3.1.1 Masalah yang bersifat individual
Masalah individual adalah masalah yang ditimbulkan
oleh perorangan siswa. Penggolongan masalah ini berdasarkan atas anggapan dasar
bahwa tingkah laku manusia mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Apabila
seseorang individual gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya
berharga, maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Jika diklasifikasikan
masalah individual ini dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu:
2.3.1.1.1 Attention getting behaviours (pola perilaku
mencari perhatian)
Masalah ini biasanya timbul berupa perilaku
mengalihkan perhatian guru atau siswa lainnya dari pembelajaran yang sedang
berlangsung. Hal ini disebabkan, karena siswa tersebut gagal menempatkan
dirinya secara wajar dalam hubungan sosial yang saling menerima (biasanya
secara aktif maupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain.
Tingkah laku yang menganggu ketenangan dengan mencari perhatian secara aktif
dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak (memperolok), membuat
onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya (tukang rewel).
Sedangkan tingkah laku yang menggangu ketenangan dengan mencari perhatian
secara pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus
meminta bantuan orang lain.
2.3.1.1.2 Power seeking behaviours (pola perilaku
menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Masalah ini biasanya timbul berupa perilaku yang
berusaha mengendalikan guru dan siswa lainnya dengan memperlihatkan kekuatannya.
Tingkah laku yang mencari kekuasaan sama dengan pola perilaku mencari
perhatian, tetapi pola perilaku mencari kekuasaan ini lebih mendalam. Pola
perilaku pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan
adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang
lain, dan meanunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Sedangkan, pola
perilaku pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang menonjolkan
kemalasanya sehingga tidak melakukan apapun. Anak-anak ini sangat pelupa, keras
kepala, dan secara pasif tidak memperlihatka ketidakpatuhan.
2.3.1.1.3 Revenge seeking behaviours (pola perilaku menunjukkan
balas dendam)
Masalah ini biasanya timbul karena siswa yang menuntut
balas mengalami frustasi yang sangat dalam dan tidak menyadari bahwa dia
sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan,
penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama
siswa, petugas atau guru, ataupun binatang sering dilakukan anak-anak ini.
Anak-anak ini akan merasa sakit jika dikalahkan, dan mereka bukan pemain yang
baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya
lebih suka bertindak aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang
bersifat aktif dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedangkan
anak-anak yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh
(suka menentang).
2.3.1.1.4 Helplessness (peragaan ketidakmampuan)
Masalah seperti ini biasanya timbul berupa perilaku
yang enggan dan malas melakukan tugas yang diperintah guru serta selalu
mengandalkan bantuan guru dan siswa lainnya. Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan
pada dasarnya merasa sangat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang
diinginkannya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan
yang menghadangnya, bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya
hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong
ini biasannya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri,
sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu bersifat pasif.
2.3.1.2 Masalah bersifat kelompok
Masalah kelompok adalah masalah yang ditimbulkan oleh
kelompok siswa tertentu. Jika diklasifikasikan adanya tujuh masalah kelompok
dalam kaitannya
dengan manajemen kelas, yaitu:
2.3.1.2.1 Kurangnya kekompakan : Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan
(konflik) diantara para anggota kelompok.Konflik antara siswa-siswa dari
kelompok yang berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori
kekurang-kompakan ini. Dapat dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak
kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan
dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa tidak senang dengan
kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang
mereka duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.
2.3.1.2.2 Kesulitan mengikuti peraturan kelompok : Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak
mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua
muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu padahal
pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau
mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat
duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria
dan lain-lain.
2.3.1.2.3 Reaksi negatif terhadap sesama
anggota kelompok : Reaksi negatif terhadap
anggota kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan
terhadap anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota
kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang
menghambat kegiatan kelompok. Anggota kelompok dianggap
“menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan
kelompok.
2.3.1.2.4 Penerimaan kelas (kelompok)
atas tingkah laku yang menyimpang :
Penerimaan kelompok (kelas)
atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong
timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari
norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah perbuatan
memperolok-olokan, misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu” tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah
berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.
2.3.1.2.5 Kegiatan anggota atau kelompok
yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan
kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja. Masalah kelompok anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam
kelancaran kegiatannya. Dalam hal ini kelompok itu
mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau
bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok
itu. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena
mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini terjadi, maka suasana
diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
2.3.1.2.6 Kurangnya semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku
agresif atau protes. Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila
kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu
dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan penjelasan yang
terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas
rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena
gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau
keengganan bekerja. Pada umumnya protes dan
keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara
terbuka biasanya jarang terjadi.
2.3.1.2.7 Ketidakmampuan menyesuaikan
diri terhadap perubahan lingkungan. Ketidakmampuan menyesuaikan
diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak
wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan
kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan
jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi
sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu
ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai
ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering
terjadi ialah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti,
padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
Peserta didik harus sadar bahwa jika menganggu temannya
yang sedang belajar berarti tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota
masyarakat dalam kelas dan tidak menghormati hak peserta didik lain untuk
mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan belajar mengajar. Pembiasaan
yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib yang disetujui dan diterima
bersama oleh sekolah dan peserta didik (dengan penuh kesadaran) akan membawa
peserta didik kearah yang baik.
2.3.1.3 Upaya pemecahan
masalah dari faktor siswa
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri,
tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor
utama yang dilakukan guru, tidak lain adalah untuk meningkatkan semangat siswa
baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya
kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi
yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka
pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179). Dalam menghadapi
masalah-masalah manajemen kelas guru dapat menerapkan berbagai pendekatan,
yaitu:
2.3.5.1 Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan
mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang
menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan
norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk
norma itu guru mendekatinya.
2.3.5.2 Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan
kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak
didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara
memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
2.3.5.3 Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu
anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana
saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
2.3.5.4 Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi
satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh
dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di
kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan
oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam
resep.
2.3.5.5 Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam
suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku
anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini
menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan
tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.
2.3.5.6 Pendekatan Perubahan Tingkah
Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan
sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru
adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah
laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior
modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya
tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai
penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau
guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku
yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah
yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam
melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan
perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
2.3.5.7 Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal
apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan
tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa.
Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh
karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui
pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terciptanya hubungan guru
dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap
melindungi.
2.3.5.8 Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong
perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok
memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat
menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru
harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan
mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
2.3.5.9 Pendekatan Elektis atau
Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini
menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas
dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang
dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan
salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau
ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan
pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan
suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan
efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai
dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas
disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar
berjalan secara efektif dan efisien.
2.3.2 Faktor Guru
Beberapa faktor
penyebab timbulnya masalah dalam manajemen kelas yang berasal dari guru
diantaranya:
2.3.2.1
Tipe
kepemimpinan guru yang otoriter
Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola proses belajar
mengajar yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap agresif
atau pasif dari murid-murid. Kedua sikap murid ini merupakan sumber masalah
manajemen kelas. Sehingga guru harus memiliki tipe kepemimpinan yang demokratis
dan juga otoritatif, karena dengan kepemimpinan guru yang demoratis lebih
memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan murid dengan dasar saling
memahami dan saling mempercayai. Sedangkan kepemimpinan guru yang otoritatif
dalam hal memerintah atau memberi anjuran lebih efekif, karena guru yang
otoritatif lebih disegani oleh para siswa dan dipandang sebagai pemegang
otoritas ilmu pengetahuam vaknya.
2.3.2.2
Format
belajar mengajar yang monoton
Format belajar mengajar yang monoton akan menimbulkan
kebosanan bagi siswa. Format belajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan
para siswa bosan, kecewa, frustasi/kecewa dan hal ini merupakan pelanggaran
disiplin. Oleh karena itu, guru harus mampu menguasai berbagai jenis variasi
dalam mengajar seperti penggunaan strategi pembelajaran maupun metode
pembelajaran pada setiap mata pelajaranyang berbeda-beda.
2.3.2.3
Kepribadian
guru
Seorang guru yang berhasil, dituntut untuk bersikap
adil, hangat, objektif dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang
menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Sikap yang bertentangan dengan
kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah manajemen bagi siswa.
2.3.2.4
Pemahaman
guru tentang peserta didik
Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah
laku siswa dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru
dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya. Mungkin karena tidak tahu
caranya ataupun karena beban mengajar guru yang banyak dengan mengajar di
berbagai sekolah sehingga guru datang ke sekolah semata-mata untuk mengajar.
Oleh karena itu, untuk meminimalis penyebab masalah manajemen kelas guru harus
dapat mencari informasi dan memahami tingkah laku (karakter) siswa serta
mengetahui latar belakang siswa tersebut baik dari ekonominya, sosialnya dan
budayanya. Dan jika guru tersebut memiliki beban mengajar yang banyak, guru
tersebut harus mampu memanajemen waktunya dengan baik sesuai dengan keputusanya
yang mengambil atau sesuai dengan kemampuanya memiliki beban mengajar yang
banyak di berbagai sekolah.
2.3.2.5
Pengetahuan
guru
Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah manajemen
dan pendekatan manajemen baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis.
Mendiskusikan, masalah ini dengan teman sejawat akan membantu dalam
meningkatkan keterampilan memanajemen kelas dalam proses belajar mengajar.
2.3.3 Faktor keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan
cermin keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari
tingkah peserta didk yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan
ada peserta didik penggangu dan pembuat ribut. Mereka biasanya berasal dari
keluarga yang tidak utuh atau kacau.
Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga,
seperti tidak disiplin, tidak tertib, kebebasan yang berlebihan ataupun
dikekang berlebihan latar belakang yang menyebabkan siswa melanggar disiplin di kelas.
Jelaslah sudah bahwa bila tuntutan di kelas atau sekolah berbeda jauh dengan
kondisi kehidupan keluarga yang merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta
didik untuk menyesuaikan diri. Salah satu penyesuaian peserta didik terhadap
situsai kelas merupakan masalah manajemen. Di sini pula letak pentingnya kerja
sama yang seimbang antara sekolah dan rumah (orang tua) agar terdapat
kesesuaian antara situasi dan tuntutan kelas. Kerja sama antara sekolah dan
orang tua dapat dilakukan dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh komite sekolah.
2.3.4 Faktor
fasilitas
Faktor
fasilitas merupakan masalah yang menghambat dalam manajemen kelas. Faktor
tersebut meliputi:
2.3.4.1 Kelas
yang jumlah peserta didiknya banyak sulit dikelola. Misalnya, jumlah peserta
didik dalam satu kelas di SD yang melebihi 40 orang peserta didik merupakan
masalah tersendiri dalam pengelolaan. Solusi dalam masalah ini yaitu guru harus
menerapkan berbagai pendekatan dalam memanajemen kelas serta dalam kegiatan
belajar mengajar dapat menggunakan microphone atau pun dengan suara yang lebih
nyaring agar semua siswa dapat mendapatkan materi dengan baik.
2.3.4.2 Kecilnya ruangan kelas dibandingkan dengan
jumlah peserta didik dan kebutuhan peserta didik untuk bergerak dalam kelas
merupakan hambatan lain bagi pengelolaan. Demikian pula halnya dengan jumlah
ruangan yang kurang dibandingkan dengan banyaknya kelas dan jumlah ruangan
khusus yang dibutuhkan seperti laboratorium, auditorium, ruang kesenian, ruang
gambar, ruang oleahraga, dan sebagainya memerlukan penanganan sendiri.
Solusinya yaitu dengan menggunakan ruangan tersebut seoptimal mungkin.
2.3.4.3 Ketersediaan alat, jumlah buku yang kurang
atau alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkan akan
menimbulkan masalah pengelolaan dalam kelas. Solusinya adalah dengan
menggunakan alat tersebut seoptimal dapat dengan cara 1 alat digunakan 2-3
orang.
2.3.4.4 Kelas yang kotor dapat menganggu proses
belajar mengajar. Oleh karena itu, dibuat piket kelas agar kelas menjadi bersih
dan siswa dapat belajar di kelas dengan tenang dan baik.
2.3.4.5 Kemajuan teknologi yang sangat pesat membuat
semua orang dapat mengoperasikannya. Begitu pula pada anak-anak, hal ini dapat
menjadi masalah jika siswa membawa HP dalam kelas dan memainkannya selama
proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru dapat membuat peraturan jika
dilarang menggunakan HP selama pembelajaran atau dengan kerja sama antar
sekolah dan orang tua bahwa dilarang membawa HP ke sekolah.
2.4 Ruang Lingkup Manajemen
Kelas
2.4.1
Manajemen kurikulum
Kurikulum adalah suatu cakupan
kerja yang digunakan oleh seorang guru
sebagai pedoman yang akan dicapai didalam proses belajar mengajar. Jadi
manajemen kurikulum adalah sebuah
perencanaan atau pengarahan untuk menyelesaikan kurukulum tersebut.
2.4.2
Manajemen peserta didik
Peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia baik dari jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jadi,
manajemen peserta didik adalah suatu proses kegiatan yang rencanakan dan
diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh
peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti
PBM dengan efektif dan efesien , UUSPN (2003 )
2.4.3
Kegiatan akademik
Kegiatan akademik dikategorikan sebagai kegiatan
PBM (teaching), diantaranya membuat persiapan sebelum mengajar, melaksanakan
pengajaran yang telah dipersiapkan, dan menilai sejauh mana pelajaran yang
sudah disajikan itu berhasil dan dikuasai peserta didik.
2.4.4
Kegiatan administratif
Kegiatan
administratif dikategorikan sebagai
kegiatan "non teaching" sebagai
kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan guru bagi kelancaran mengajarnya
seperti kegiatan-kegiatan prosedural, dan kegiatan
organisasional.
Manajemen kelas memiliki ruang
lingkup yang dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
2.4.5
Fisik, pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik
mencakup pengaturan siswa dalam belajar, ruang belajar, dan perabot kelas.
2.4.6
Non fisik pengelolaan kelas yang memfokuskan pada aspek interaksi siswa
dengan siswa lainnya, siswa dengan guru dan lingkungan kelas atau sekolahnya
sebelum, selama, dan setelah pembelajaran. Atas dasar ini aspek psikologis, sosial, dan hubungan interpersonal perlu diperhatikan. Imam
gunawan (2009).
2.5
Implementasi
Manajemen Kelas di SD
Dalam memanajemen kelas yang efektif
dalam meningkatkan pembelajaran di kelas. Guru harus memiliki perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Dalam menerapkan manajemen kelas
di SD pada kelas V, guru harus mengetahui karakteristik dari siswa SD terlebih
dahulu. Pada umumnya usia anak-anak SD yaitu 6-12 tahun, usia ini anak memiliki
karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok,
dan senang merasakan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru harus mampu
mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa
bergerak atau berpindah, belajar dan bekerja dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Suryosubroto
(Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 124-125) menganggap bahwa usia sekolah sebagai
masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian
bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa
sebelum dan sesudahnya. Pada SD kelas V
termasuk dalam kelas tinggi. Menurutnya karakteristik dari kelas tinggi yaitu:
2.5.1
Adanya minat terhadap kehidupan
praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan
untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
2.5.2
Amat realistik, ingin tahu, dan
ingin belajar.
2.5.3
Menjelang akhir masa ini telah ada
minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
2.5.4
Sampai kira-kira umur 11 tahun anak
membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.
2.5.5
Anak-anak pada masa ini gemar
membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam
permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada peraturan
permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Oleh karena itu, guru harus melakukan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam kelas agar
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran biasanya terdapat
pada silabus pada bagian indikator pencapaian kompetensi. Perencanaan dalam
proses pembelajaran terdapat pada RPP yang dibuat dan untuk memperlancar proses
belajar mengajar dapat merencana penataan dan pengelolaan lingkungan belajar di
kelas.
Kemudian, pengorganisasian manajemen kelas dapat guru
lakukan dengan melibatkan siswa seperti pembentukan struktur organisasi kelas
yang memilih ketua kelas, wakil ketua kelas, sekertaris, dan bendahara.
Pembentukan struktur organisasi kelas bertujuan agar anak dapat bertanggung
jawab pada tugas yang telah dipercayai padanya, begitu pula piket harian dibuat
agar kelas menjadi bersih dan nyaman dalam belajar.
Selanjutnya, guru melakukan manajemen kelas sesuai
dengan rencana yang telah dibuat dengan melibatkan pengorganisasian yang telah
ditentukan. Dalam proses pembelajaran guru dapat menerapkan atau menggunakan
strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang berbeda pada setiap pertemuan
maupun mata pelajaran yang sesuai, agar siswa tidak bosan dalam belajar,
tertarik dalam pembelajaran dan mempunyai keingintahuan dalam materi yang
diajarkan. Sesuai dengan karakteristik siswa kelas V yang telah
ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus. Guru harus membimbing siswa dalam belajar dan memberikan
motivasi belajar, agar siswa tersebut tidak mengabaikan mata pelajaran yang
tidak diminatinya.
Pembelajaran yang efektif membutuhkan kelas yang
kondusif. Walaupun guru telah memiliki strategi dalam belajar namun akan
menjadi tidak efektif bila tidak didukung dengan kelas yang kondusif. Oleh
karena itu, guru harus menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas sehingga menyenangkan, aman
dan mendorong siswa terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Denah
tempat duduk formasi tradisional
Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa kita
temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk
berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun, model ini sangat memiliki
keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada di kelas terutama di belakang
sering terganggu. Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa. Kelebihan formasi
ini siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas tampak lebih teratur dam rapi,
dan guru dapat mengawasi dari depan. Sedangkan kekuranganya, guru biasanya
kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siswa yang tempat duduknya
dibelakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal. Oleh karena itu guru
harus menguasai kelas dalam pembelajaran. Anak yang rabun jauh dapat duduk di
depan sedangkan untuk anak yang memiliki badan yang besar dan mata normal dapat
duduk di belakang atau di samping dinding.
Gambar
ruang kelas bagian depan
Gambar
ruang kelas bagian samping
Gambar ruang kelas bagian belakang
Hiasaan dinding tersebut dapat dibuat oleh siswa yang
dibimbing oleh guru. Dengan melibatkan siswa, maka siswa dapat berkreativitas,
belajar dan bekerja kelompok serta mereka senang terlibat langsung dalam
menghias kelas. Ventilasi dan penerangan di kelas dapat juga menciptakan
suasana belajar yang nyaman, walaupun guru sulit untuk mengatur hal tersebut.
Oleh karena itu ventilasi harus menjamin kesehatan siswa. untuk penyimpanan
barang-barang dapat disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai karena dapat
segera diperlukan dan diperlukan untuk kepentingan belajar. Peletakan
penyimpanan barang-barang tersebut diletakan pada tempat yang tidak menggangu
gerak kegiatan siswa. Untuk peralatan kebersihan kelas dapat diletakkan di
belakang pintu kelas dan untuk alat-alat dalam pembelajaran dapat disimpan pada
lemari yang ada di kelas. Dan guru dapat membuat peraturan di dalam kelas agar
proses pembelajaran belajar dengan baik dan tercipta lingkungan kelas yang
kondusif.
Gambar hiasaan
dinding peraturan kelas
Dan terakhir guru sebagai pengawas dalam pembelajaran
dan kondisi lingkungan kelas yang kondusif. Jika ada penyimpangan maupun
masalah dalam hal pembelajaran maupun manajemen kelas guru harus sigap
mengatasi hal tersebut. Begitu juga untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif seperti peralatan kelas dan penyimpanan barang dalam hal keamanan.
Baik dari pencurian maupun barang-barang yang mudah meledak atau terbakar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk
menciptakan situasi kelas yang kondusif dalam rangka pencapaian tujuan
pembelajaran yang optimal. Tujuan manajemen kelas adalah untuk menciptakan
lingkungan belajar yang nyaman, menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan tenang, memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuannya semaksimal mungkin dan membentuk prilaku berbudaya dan berakhlak
mulia.
Penyebab terjadinya masalah manajemen kelas dapat
disebabkan oleh faktor siswa. guru, keluarga, dan fasilitas dalam menghadapi masalah-masalah
manajemen kelas guru dapat mengatasi masalah tersebut dengan melalui pendekatan
kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep,
pendekatan pengajaraan, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan
sosio-emosional, pendekatan kerja kelompok, dan pendekatan elektis atau
pluralistik. Dan ruang lingkup manajemen kelas terdiri dari manajemen
kurikulum, manajemen peserta didik yang membentuk perilaku yang bermoral,
kegiatan akademik dan kegiatan administratif. Keterampilan guru dalam
memanajenen kelas menentukan keberhasilan pembelajaran.
3.2 Saran
Kita sebagai calon guru SD yang nantinya sebagai guru
kelas diharapkan dengan mempelajari dan mengetahui pengaturan kondisi dan
penciptaan iklim belajar yang menunjang, dapat menciptakan kondisi kelas baik
secara fisik, sosio-emosional, organisasional, dan kondisi administrasi teknik
yang menyenangkan atau memungkinkan sehingga para peserta didik dapat mencapai
tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai secara efisien dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyani,Fita
Dwi.2014. Makalah Pengertian Dan Tujuan
Manajemen. Diakses tanggal 5 Nopember 2016
Hasan.
2015. Masalah-Masalah Dalam Manajemen
Kelas Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Diakses tanggal 5 Nopember 2016
Physics,Konoha. 2012. Masalah Dalam Manajemen Kelas. Diakses
tanggal 5 Nopember 2016
Anonim . 2011. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar Murid. Diakses
tanggal 8 Nopember 2016
Purwanti,Dheni.
2015. Manajemen
Kelas Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Danurejan Yogyakarta. Diakses tanggal 25 Nopember
2016
Komentar
Posting Komentar